iqrozen.blogspot.com | Metodologi Dakwah yang Santun. Gerakan dakwah memiliki ruang
lingkup yang sangat luas dan dinamis mengikuti perkembangan zaman.
Dakwah sebagai ikhtiar mulia dalam rangka meningkatkan pemahaman umat terhadap ajaran Islam secara mendalam guna mengubah pandangan hidup,
sikap batin dan perilaku umat agar sesuai dengan tuntutan syariat Islam,
yang semuanya itu akan bermuara pada tujuan hidup sesungguhnya yakni
demi meraih kebahagiaan baik selama di dunia maupun di akhirat kelak.
Sungguh
berdakwah adalah tugas mulia yang diemban para nabi dan Rasul, maka
beruntunglah mereka yang berkesempatan untuk melanjutkan tugas dakwah
tersebut. Allah SWT telah berfirman, ”Kewajiban Rasul tidak lain
hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan.”(Q.S. Al-Ma`idah: 99).
Dan untuk
mewujudkan cita-cita dari gerakan dakwah, setiap Muslim patut memiliki
etika berdakwah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Karena
dengan kesopan-santunan dalam berdakwah itulah Rasulullah sukses
menyebarkan ajaran Islam hampir ke seluruh penjuru dunia. Keteladanan
cara dakwah Rasulullah itulah yang harus ditumbuh-kembangkan oleh setiap
Muslim jika ingin menjaga eksistensi gerakan dakwah Islam hingga akhir
zaman.
Dewasa ini, banyak cara dakwah yang dapat dilakukan dan
tidak hanya terbatas dalam bentuk-bentuk ceramah di atas mimbar saja.
Selain itu, dakwah dapat dilakukan oleh siapa saja asalkan ia memiliki
ilmu atau bahan untuk disampaikan kepada mad’u (orang yang menjadi
target dakwahnya). Sayangnya, penyimpangan gerakan dakwah oleh sebagian
oknum dai telah mencoreng tugas mulia warisan para nabi tersebut. Mulai
dari maraknya dai bertarif hingga munculnya dai anarkhis yang tak segan
melakukan tindak kekerasan fisik di depan jamaahnya.
Keprihatinan
inilah yang lambat-laun telah menjauhkan keberkahan Allah dari
masyarakat suatu negeri, salah satunya Indonesia yang memiliki perkembangan cukup pesat. Buktinya, meski
ceramah-ceramah bernuansa agama marak digelar di setiap kesempatan,
dekadensi moral generasi penerus bangsa ini tak kunjung terobati, bahkan
semakin parah pada beberapa dekade belakangan ini. Pertanyaannya, untuk
apa materi dakwah disampaikan jika tidak mampu mempengaruhi apalagi
memperbaiki moral umat?
Dakwah Islam
Untuk memperbaiki keadaan tersebut, sudah
saatnya kita semua terutama mereka yang mendapat gelar sebagai dai, rela
dan ikhlas merekonstruksi metodologi dakwahnya jika masih bermazhab
keduniaan. Etika berdakwah yang santun mesti diaplikasikan kapan dan di
manapun mereka berdakwah. Allah SWT telah berfiman, yang artinya,
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. An-Nahl [16]: 125).
Kata hikmah dalam ayat
tersebut memiliki makna sebagai perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Oleh sebab itu,
perilaku dakwah harus berlandaskan pada al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagaimana pedoman dakwah Rasulullah kala itu. Dari ayat tersebut juga
dapat dipahami bahwa cara berdakwah yang diperintah Allah adalah dakwah
bil hikmah, yaitu metode dakwah dengan memberi perhatian yang teliti
terhadap keadaan dan suasana lingkungan tempatnya berdakwah. Artinya,
pendakwah atau dai harus memahami situasi atau isu-isu kontemporer yang
berkembang di lingkungan sekitar target dakwah yang sedang
dijalankannya.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah
kesesuaian materi dakwah dengan kadar kemampuan mad’u atau jamaahnya.
Dalam hal ini, sebisa mungkin materi yang dipilih tidak memberatkan
mereka (jamaah/mad’u) sebelum mereka mampu dan bersedia untuk menerima
seruan dakwah. Tentu metode ini membutuhkan cara bahasa komunikasi yang
santun dan lugas. Karena pengajaran yang disampaikan dengan penuh
kelembutan akan dapat melunakkan kerasnya jiwa serta mencerahkan hati
yang kelam. Sebaliknya, sikap terburu-buru, meledak-ledak apalagi sampai
anarkhis saat berdakwah dapat merusak tujuan dari aktivitas dakwah itu
sendiri.
Metodologi dakwah lainnya yang telah Rasulullah ajarkan
adalah dakwah dengan menggunakan dialog yang baik, tanpa tekanan yang
zalim terhadap pihak yang akan didakwahi, tanpa menghina dan tanpa
memburuk-burukkan mereka. Ajakan berdiskusi untuk memberi pemahaman
lebih tentang Islam harus dilakukan dengan bijaksana agar tidak
menimbulkan konflik internal dalam diri orang-orang yang berdialog
tersebut. Hal ini sangat penting karena tujuan dakwah adalah diterimanya
materi dakwah tersebut dengan kesadaran yang penuh terhadap kebenaran
ajaran Islam itu sendiri.
Demikian seharusnya jalan dakwah yang
dipilih setiap Muslim sejati yang ingin mengabdikan hidupnya untuk
menyebarkan syariat Allah SWT. Pentingnya santun dalam berdakwah karena
dapat menyentuh kalbu dan meyakinkan mad’u / audience untuk mengamalkan
tuntunan Islam dengan istiqomah hingga akhir hayatnya. Sedangkan urusan
berhasil atau tidaknya gerakan dakwah, sehingga membuat seorang mad’u
beriman dan bertaqwa adalah urusan Allah semata. ”Sesungguhnya kamu
(Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi sekalipun, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash : 56).
Pribadi |
Semoga kita adalah
bagian dari golongan orang-orang yang mampu meneruskan amanah sebagai
juru dakwah yang diberkahi Allah SWT. Paling tidak kita mampu berdakwah
dalam lingkup keluarga, kerabat dan tetangga sekitar dengan etika yang
benar. Sehingga gerakan dakwah kecil-kecilan tersebut mampu
menyumbangkan generasi penerus bangsa yang berakhlakul kharimah.
Endingnya, terwujudnya kehidupan rakyat Indonesia yang maslahat dan
sejahtera serta bermartabat di mata dunia.