Kriteria Pemimpin Menurut Perspektif Islam

iqrozen | Kriteria Pemimpin Bangsa yang Ideal. Sebagai rakyat, sangat dianjurkan memilih pemimpin yang memiliki kepribadian paripurna dengan cara yang harus juga benar, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah dan makhluk-Nya. Tidak dibenarkan memilih pemimpin karena ingin mendapatkan imbalan atau sekedar mencari keuntungan pribadi / golongan. Syarat kredibilitas seorang pemimpin yang ideal adalah dirinya mampu menjadi pemimpin yang berbuat adil, melindungi rakyatnya, tidak berbuat zalim dan mampu menyelenggarakan hukum Allah di wilayah kekuasaannya.

Imam al-Mawardi memberi penjelasan lebih rinci bagi seseorang yang memiliki kriteria sebagai pemimpin yang kredibiltas dan amanah. Kriteria tersebut di antaranya, pemimpin harus memiliki integritas, menguasai ilmu negara dan agama, sehat panca indera, anggota badan normal dan tidak cacat, pemberani dan memiliki keahlian mengatur siasat perang dan mampu mengatur kemaslahatan rakyatnya. (al-ahkam al-sulthoniyah).

Beberapa ulama Islam juga memberi kelengkapan syarat bagi kriteria seorang pemimpin yang ideal yakni mewarisi sifat-sifat nabi Muhammad SAW seperti jujur, cerdas, amanah tabligh dan lainnya. Pemimpin juga tidak hanya disibukkan oleh kepentingan diri pribadi atau golongannya semata. KH. Hasyim Musadi mengatakan, “Para pemimpin adalah mereka yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Selesai dengan keinginan-keinginannya, selesai dengan harapan-harapannya, selesai dengan terutama ambisi-ambisinya.”

Selain memiliki sifat-sifat tersebut, seorang pemimpin juga dilarang kafir atau tidak beriman kepada Allah SWT. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali (pemimpinmu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. At-Taubah[9]: 23).

Kemudian, Allah menegaskan pada ayat selanjutnya, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51).

Dari dua ayat al-Qur’an tersebut, sungguh jelas bahwa sebagai umat Muslim dilarang keras memilih pemimpin dari golongan orang-orang kafir. Karena mustahil bagi pemimpin-pemimpin yang kafir sudi mengajak umat atau rakyatnya untuk beriman dan bertakwa kepada Allah. Pemimpin yang kafir akan berbuat sesuai dengan naluri dan nafsunya karena jauh dari petunjuk Allah. Dan bagi mereka yang memilih orang-orang kafir tersebut secara otomatis juga tidak akan mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Dunia dalam Genggaman Pemimpin
Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan, sosok figur pemimpin ideal dalam perspektif Islam adalah seorang Muslim yang konsisten menjalankan perintah agama (istiqomah) dan tidak berbuat zalim terhadap sesama makhluk Allah. Pemimpin harus mampu mensukseskan penyelenggaraan hajat hidup rakyatnya baik yang berkaitan jasmani maupun rohaninya. Dengan kata lain, kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari kesatuan urusan negara dan agama, umara dan ulama. Karena pemimpin yang paripurna selalu mulia akhlaknya tidak hanya di hadapan Allah, tetapi juga berbudi luhur terhadap seluruh makhluk-Nya.

Sungguh penting dalam memilih sosok pemimpin yang benar-benar teruji dan terbukti dari segi kualitas dan profesionalitas, ditambah kredibilitas dan keahliannya, didukung oleh moral dan akhlaknya. Serta, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap nasib orang-orang yang dipimpinnya. Kemudian, kriteria-kriteria itu semua dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap kebesaran Allah SWT. Niscaya, umat yang hidup bersama pemimpin-pemimpin demikian itu akan berada dalam kemaslahatan dan keberkahan sepanjang masa.

Semoga, negeri kita tercinta, Indonesia, segera menemukan sosok pemimpin sebagaimana yang telah dipaparkan tersebut. Proses pemilihan pemimpin atau pemilihan para wakil rakyat, janganlah hanya terkotak pada sejauh mana popularitas dan sumbangan dana yang sering digembar-gemborkan media. Tapi jauh dari semua itu, ada hal prinsipiil mengenai urusan hidup orang banyak yang ingin mendapatkan kesejahteraan di dunia dan keselamatan di akhirat.