Kisah Densus 88 Menangkap Teroris

iqrozen.blogspot.com | Indonesia sedang marak membahas dunia teroris yang seakan-akan tiada pernah habis. Hal yang menarik dari rentetan peristiwa terkait dengan teroris selalu mencantumkan agama Islam. Sebenarnya ada apa di balik itu semua? Inikah perang terhadap umat Islam sebagaimana yang dilakukan kaum kafir sejak zaman Rasulullah? Berikut ada kisah menarik yang Abu ambil dari sosial media. Semoga bermanfaat!

Suatu ketika DENSUS 88 menggerebek rumah saya. Digeledahlah seluruh kamar saya. Akhirnya mereka menemukan barang bukti mengejutkan. Ratusan buku bertumpuk di kamar saya. Mereka amati satu-satu. Lalu bertanya pada saya, ”Dari mana buku-buku ini kau dapat?”. “Wah, macem-macem Pak,” Jawab saya.

Mereka meneliti lagi sampai tak ada satu halaman pun yang tak tersortir. “Ini buku apa?”. “Buku bacaan Pak,”. “lah iya emang buku bacaan. Maksudnya buku bertema apa?”. “Tema kehidupan Pak”. ”Ya masa tema kematian?!” Pak Densus sewot. “Lho, kalau tema kematian, saya juga punya banyak Pak. Bapak minat?”. Makin geram Pak Densus. “Halah, kamu ini!”.

Gara-gara koleksi buku saya itu, makin penasaran lah para serdadu Densus. Mungkin mereka ingat pelajaran dari komandan mereka semasa pendidikan dulu. Mereka ingat, pernah ada seorang pemberontak dari pegunungan Chiapas yang berkata “Kata-kata adalah senjata”. “Maka…” kata komandan itu, “Awasi mereka yang suka mengoleksi buku”. Tentu saja, buku-buku radikal.

Namun, radikal itu relatif. Radikal bisa juga kondisional. Berubah sesuai jaman. Kita bisa bilang Soekarno itu radikal. Soekarno itu teroris. Sebab ia memenuhi klasifikasi sebagai teroris. Ia keras, ideologis, agitator hebat. Ia suka baca buku radikal. Pidatonya penuh gugatan. Tulisannya tebar kecaman. Wataknya propagandis. Sukanya menghasut massa. Ia lancang. Tanpa tedeng aling-aling. Bertindak semaunya, melawan hukum, demi cita-citanya yang dulu dianggap absurd.

Kita bisa bilang Hatta teroris. Dia juga keras kepala. Kelihatan lugu, tapi lihai. Pernah buron. Pimpinan spiritual dari kaum nasionalis radikal. Lalu, Syahrir pun begitu. Gabungan antara kedua sosok sebelumnya. Dan, anehnya, mereka bertiga termasuk pecandu buku radikal. Pantas sekiranya kalau kita sematkan pula, tiga serangkai ini termasuk teroris pada zamannya.

Lantas kita saat ini bertemu dengan orang-orang yang begitu takutnya dengan para pembaca buku sama seperti PID, polisi rahasia jaman belanda dulu. Hingga mereka anggap, mengoleksi buku itu disamakan dengan menimbun mesiu. Membaca buku disamakan dengan mengokang senjata. Menulis disamakan dengan membidik. Sampai akhirnya, kaum penikmat pemikiran meminta bantuan pada rayap untuk menggelar gencatan senjata saja.

Setelah lama ditunggu, penggeledahan pun memenuhi titik akhir. Kira-kira butuh setengah hari lamanya untuk memeriksa seluruh buku yang saya punya. Pak Densus bersama tim ahli berusaha memisahkan buku-buku itu. Dialihkan buku apa saja yang membahayakan. Sampai-sampai buku itu mencapai jumlah dua karung beras. Sungguh jumlah yang teramat mahal.

Sambil mengangkat karung ke atas mobil patroli, Pak Densus berkata pada saya,”Tadinya bapak ingin angkut kamu juga. Tapi bapak bingung, kamu ini ekstrim kanan apa ekstrim kiri? Soalnya, buku islam ada, buku komunis ada, buku liberal ada, buku kebangsaan ada, buku ekonomi ada, buku sejarah ada, buku novel ada, buku guyonan ada, buku TOEFL ada, buku Teknik ada, kalau bukan orang yang radikal banget, ga mungkin kamu koleksi begitu banyaknya”.

“Ya saya sih tidak masalah kalau bapak mau angkut saya. Yang penting buku saya dikembalikan. Soalnya, teman-teman bapak yang ada di Polres itu sering menganggap barang sitaan jadi inventaris kantor bahkan inventaris pribadi yang bisa dijual atau dilelang. Betul bukan Pak?”

Dia terdiam. Mukanya memerah.

Saya kecewa. Mengapa sebuah buku bisa menjadi alibi bagi tuduhan kejahatan? Padahal buku tak pernah membawa belati atau senapan. Sungguh hina lagi, bila sebuah kitab suci dituduh sebagai penyebab seseorang bisa merusak kehidupan berbangsa dan bertanah air. Ini aneh.[]

Semoga Islam segera bersatu
 Oleh : Bey Erest 
(https://www.facebook.com/pages/ISLAM-Bersatu-Muallaf-Berseru/246241695508429?hc_location=timeline)