Kriteria Pemimpin Qurani

IQROZEN | Inilah Kriteria Pemimpin Beradasarkan Al-Qur'an. Sebagai Muslim, penulis dan mayoritas penduduk Indonesia sangat pantas dan wajib menjadikan al-Qur’an sebagai landasan mencari pemimpin yang amanah. Demikian halnya pemimpin-pemimpin bangsa ini yang beragama Islam, harus mampu menjadi suri teladan bagi rakyat dalam upaya menjaga kokohnya idealisme sebagai manusia paripurna. Setidaknya ada tiga hal dalam al-Qur'an yang mendasar sebelum seseorang berani menerima amanah untuk memimpin umat atau rakyat di suatu negeri. Baca juga artikel tentang Idealisme Pemimpin Indonesia.

Pertama, Suci Intelektual. Merupakan penjabaran dari peran penting ilmu yang lurus dan wawasan yang beraqidah bagi seorang pemimpin umat. Dengan ilmu yang murni dan bukan rekayasa atau sekedar gelar tertulis, seorang Muslim akan mampu melahirkan solusi nyata bagi setiap masalah yang dihadapinya. Pada wahyu pertama yang tertuang dalam QS. Al-‘Alaq: 1-5, begitu jelas Allah memerintahkan Rasulullah SAW dan umatnya untuk senantiasa mengagungkan ‘asma Allah dengan ilmu yang benar. Sehingga pemimpin yang berilmu dan menjunjung kalimatullah, niscaya akan mendapat bimbingan spiritual untuk melakukan hal-hal kebaikan bagi diri dan rakyatnya.

Lebih jauh, surah al-‘Alaq memantapkan aspek nilai-nilai dasar akidah dalam diri setiap Muslim. Nilai yang tidak saja mencakup rukun iman dalam pengertian formal, namun bagaimana nilai-nilai dari iman itu membentuk pemikiran, sehingga menjadi rujukan dalam berpikir, merasa, berbicara, bertindak dan berjiwa nasionalis yang benar. Jika setiap generasi Muslim negeri ini memliki intelektual seperti ini dan ketika dirinya mendapat amanah menjadi pemimpin, tentu berbagai hal positif semisal kebijakan publik akan lahir dengan bimbingan wahyu. Alhasil, kebijakan itu akan mendatangkan kebaikan dan rahmat Allah bagi seluruh umat.

Kedua, Akhlak Qur’ani. Fokus utamanya adalah membangun khitah hidup ber-Qur’an yang merupakan ideologi kebenaran hakiki. Merujuk pada makna surah al-Qalam yang telah menggariskan prinsip-prinsip umum dalam ber-Islam. Tafsir sederhana dari terjemahan surat tersebut menganjurkan setiap Muslim untuk memiliki konsep masa depan yang cerah, memiliki akhlak mulia, serta mampu membedakan sekaligus menempatkan mana yang benar dan mana yang salah. Beberapa hal tersebut sangat urgen untuk dimiliki seorang pemimpin jika ingin menjadikan negeri yang dinakhodainya berdaulat dan bermartabat, tidak hanya di mata rakyatnya tetapi juga mulia di hadapan seluruh bangsa-bangsa di dunia.

Ketiga, Kekuatan Rohani. Arah kehidupan manusia sangat bergantung pada kualitas rohani yang ada dalam dirinya. Akan menjadi manusia yang baik, beriman dan bertaqwa atau sebaliknya menjadi golongan sesat yang hidup tanpa Tuhan, semua itu tampak kasat mata dari sejauh mana ia menghambakan dirinya kepada Sang Pencipta. Di dalam al-Qur’an surah al-Muzzammil telah diulas dengan gamblang akan urgensinya masalah tazkiyah dan ibadah. Setidaknya ada 7 bekal spiritual bagi seorang Muslim, yang dapat diambil dari ayat-ayat dalam surah al-Muzzammil, yakni: (1) menunaikan shalat malam, (2) menyemarakkan tartil al-Qur'an, (3) membiasakan berdzikir kepada Allah, (4) total berjuang di jalan Allah, (5) tawakkal dalam berupaya, (6) sabar menanti dan menjalani takdir Allah, (7) hijrah demi perubahan.

Benang merah dari uraian 7 bekal spiritual tersebut, terletak pada pentingnya pencerahan spiritual dan internalisasi nilai-nilai al-Qur'an dalam diri setiap Muslim. Langkah konkret untuk mewujudkannya adalah dengan menjadikan ibadah dan taqarrub kepada Allah sebagai tradisi hidupnya, baik melalui ibadah wajib maupun nafilah. Dengan kekuatan rohani inilah seorang al-Fatih mampu menguasai Konstantinopel dan menjadi pemimpin muda yang disegani di zamannya. Tentu spirit ini dapat saja kembali lahir di zaman modern seperti sekarang ini, apabila kita mampu meng-istiqomah-kan nilai-nilai tazkiyah dan ibadah sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya dulu.
Proses Pelantikan Pemimpin Syabab Hidayatullah
IQROZEN
Dari uraian di atas, dapat dikerucutkan betapa pentingnya idealisme bagi seorang Muslim dalam sumbangsihnya mewujudkan kebangkitan bangsanya. Idealisme pemimpin bangsa yang dilandaskan pada kesucian intelektual, akhlak Qur’ani dan kekuatan rohani merupakan modal besar bagi kejayaan negeri kita tercinta, Indonesia. Maka, siapapun yang kelak menjadi presiden di negeri ini sementara dia mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, wajib untuk memiliki idealisme yang benar.

Ketika para pemimpin sudah mampu menggelorakan idealisme suci di dalam sanubarinya, kemudian diikuti oleh tumbuhnya idealisme secara sistemik dalam kehidupan rakyat Indonesia. Terbangunnya peradaban bangsa yang idealis di atas bumi pertiwi ini tinggal menunggu waktu. Dan, ketika idealisme yang berkembang dan mendominasi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah idealisme positif, sangat mungkin bangsa kita ini menjadi pusat peradaban umat mulia. Semoga Indonesia segera menemukan pemimpin-pemimpin idealis yang religius, agar keterpasungan rakyat dapat segera diakhiri. Dan kita semua bangkit menjadi negara yang adil, makmur dan sejahtera. Insya Allah!