Kitab suci al-Qur’an adalah salah satu mu’jizat yang diberikan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Warisan yang menjadi landasan ideologi setiap Muslim tersebut hampir tersebar di seluruh penjuru bumi. Sayangnya, penerapan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an masih dapat dikatakan jarang ditemukan dalam kehidupan komunitas Islam itu sendiri. Ambil contoh bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk Islam, sebagian besar rakyat di negeri ini belum mampu menerapkan dan melandaskan kehidupan sehari-harinya dalam untaian bingkai nilai-nilai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Fakta demoralisasi yang terjadi hampir di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadi indikasi bahwa al-Qur’an belum membumi di Tanah Air Indonesia. Meskipun di sebagian wilayah negeri ini sering terdengar lantunan ayat-ayat Allah, tetapi penerapan nilai-nilai dari ayat-ayat yang dikumandangkan itu belum 100%, bahkan mungkin banyak yang belum memahami makna dan tujuannya. Inilah hal penting yang mesti kita renungkan bersama, seiring hegemoni perayaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional, yang diadakan setiap tahun.
Penyelenggaraan MTQ Tingkat Nasional menjadi agenda tahunan pemerintah Indonesia. Dan tahun ini, Kepulauan Riau khususnya Batam, ditunjuk menjadi tempat berlangsungnya kompetisi pecinta al-Qur’an ini. Pemerintah Kepri pun tidak tanggung-tanggung menggelontorkan anggaran hingga ratusan miliar rupiah demi suksesnya acara MTQ Nasional ke-25 tersebut di tanah Melayu. Pertanyaannya, sejauh mana dampak yang ditimbulkan pasca MTQ khususnya dalam kehidupan rakyat Indonesia pada umumnya? Bukankah sudah puluhan tahun even tersebut diadakan dan tempatnya pun bergilir dari satu propinsi ke propinsi lain. Lalu, mengapa bangsa ini masih tergolong jauh dari penerapan nilai-nilai al-Qur’an?
Semestinya nilai-nilai al-Qur’an menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam terutama rakyat Indonesia yang banyak beragama Islam. Di bidang pemerintahan, al-Qur’an adalah landasan para pemimpin sehingga mereka tidak berbuat kerusakan dan kezaliman. Di bidang pendidikan, al-Qur’an merupakan sumber ilmu baik itu ilmu tentang kehidupan dunia maupun ilmu terkait kehidupan kelak di akhirat. Di bidang ekonomi, al-Qur’an melahirkan pedagang dan pengusaha jujur yang mengutamakan keberkahan dalam usahanya. Serta masih banyak lagi cakupan nilai-nilai kehidupan manusia yang telah termaktub sistematis di dalam al-Qur’an.
Perlu ditegaskan bahwa kedudukan al-Qur’an berada pada tingkatan tertinggi tidak hanya di kalangan orang Islam saja. Al-Qur’an tidak terhenti hanya sebagai bacaan sehari-hari atau sekedar untuk dihafal dan dilombakan demi memberikan kesenangan semata. Tapi jauh lebih dari itu, al-Qur’an berperan sebagai undang-undang dalam beriman, berilmu dan beramal. Al-Qur’an juga menjadi landasan untuk memperbaiki akidah serta ajaran mengenai akhlak dan tingkah laku manusia. Allah SWT menyuruh setiap hamba-Nya untuk mempelajari Al-Qur’an dan mengaplikasikan nilai-nilai kehidupan yang terdapat di dalamnya secara kaffah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Shaad: 29, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang memiliki akal pikiran.”
Wajar sekiranya kita menjadikan MTQ Nasional XXV di Batam ini sebagai momentum kebangkitan bagi masyarakat terutama warga Kepri yang merupakan Bunda Tanah Melayu. Gelaran MTQ kali ini seharusnya dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia karena kehidupan rakyatnya yang identik dengan dunia Islam, terlebih-lebih warga Melayu. Syaratnya, al-Qur’an yang menggema tidak hanya kala acara MTQ dan sejenisnya, tetapi dapat terus menyatu dan membumi dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Aturan dan tuntunan yang ada di dalam al-Qur’an harus mampu mewarnai kehidupan rakyat Indonesia baik sebagai individu, keluarga, tetangga maupun masyarakat.
Taken by Facebook |