iqrozen.blogspot.com | Fenomena Dakwah Masa Kini. Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Ajarannya
berisi seruan dan aturan agar setiap manusia yang menganutnya mampu
menjalankan hakikat kehidupan ini. Sudah barang tentu mereka yang taat
dan mengamalkan ajaran Islam secara kafah, akan memiliki kepribadian
Qurani. Dan barangsiapa yang telah melandaskan hidupnya pada al-Qur’an,
sama halnya ia telah meneladani kepribadian seorang kekasih Allah SWT,
yakni Rasulullah SAW.
Fakta sejarah telah bercerita panjang lebar
tentang akhlak mulia yang dimiliki seorang Rasulullah SAW dalam
kehidupannya sehari-hari. Kesopan-santunan dan keluhuran budi pekertinya
menjadi pilar penting bagi eksistensi gerakan dakwah Islam hingga detik
ini. Bahkan, Michael H. Hart di dalam bukunya “Seratus Tokoh yang
Paling Berpengaruh dalam Sejarah” menempatkan Rasulullah SAW pada urutan
teratas alias nomor satu sepanjang sejarah ketokohan dunia.
Ironisnya,
era modern seperti sekarang ini dengan kemajuan di berbagai bidang
termasuk pola pikir masyarakat yang dinamis, masih saja ada perilaku
dakwah yang menyimpang dari tuntunan yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah. Etika berdakwah saat ini cenderung berbau materialis
sehingga memunculkan istilah ustaz bertarif. Dimana, seruan dakwah hanya
dilakukan apabila adanya kesepakatan tarif sebagaimana yang telah
ditentukan oleh pendakwah atau dai. Wajar bila kemudian menjamurnya
dai-dai bertarif yang jauh dari sertifikasi para ulama. Dai yang hanya
mengejar popularitas dan fasilitas dunia, tanpa memiliki etika berdakwah
yang benar.
Mirisnya lagi, banyak di antara dai-dai bertarif
tersebut menolak dengan terang-terangan undangan atau permohonan dari
sebuah majelis taklim untuk mengisi kajian. Penolakan tersebut sebagian
besar hanya dikarenakan fasilitas yang disediakan panitia tidak sesuai
harapan beberapa ustaz bayaran tersebut. Fenomena ini tentu sangat
kontradiksi dengan etika berdakwah ala Rasulullah SAW. Beliau selalu
berdakwah kapan dan di manapun berada dengan fasilitas apa adanya.
Bahkan,
tak jarang Rasulullah mendapat cacian dan penganiayaan dari orang-orang
kafir yang senantiasa memusuhinya. Hampir sering dalam perjalanannya
untuk menyerukan kalimatullah, Rasulullah mendapat lemparan batu maupun
kotoran hewan. Dengan kondisi demikian, apakah Rasulullah berhenti untuk
berdakwah? Marahkah Beliau kepada mereka yang mencemooh gerakan
dakwahnya? Lalu, bagaimana Rasulullah SAW menghadapi semua ujian
tersebut?
Inilah sekiranya yang perlu untuk digaris bawahi bagi
siapapun yang akan dan telah menobatkan dirinya sebagai juru dakwah
Islam. Kesantunan dalam berdakwah merupakan syarat mutlak yang tidak
boleh ditawar apalagi digadaikan hanya demi mengejar setoran. Maka wajib
hukumnya bagi setiap Muslim untuk memahami hakikat berdakwah agar tidak
sekedar menjadikan dakwah sebagai mata pencahariannya sehari-hari. Halaman selanjutnya klik NEXT