WhatsApp Versus Facebook, Ada Apa?

iqrozen.blogspot.com | Whatsapp dan Facebook. Dunia maya sedang gempar terkait berita Facebook yang berhasil mengakuisisi Whatsapp dengan harga selangit. Whatsapp sebagai layanan berbagi pesan antar-platform yang didirikan oleh Jan Koum bersama sahabatnya, Brian Acton, kini telah resmi dibeli oleh Facebook dengan nilai $19 miliar. Nilai tersebut tentu sangat fantastis sehingga wajar apabila ada yang bertanya mengapa Facebook sedemikian berhasratnya menguasai Whatsapp?

Sebagai orang awam tentu hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh atau penting untuk dibicarakan, namun bagi pengamat jejaring sosial dan atau pemerhati masalah-masalah sosial harus sedini mungkin memperkirakan dampak negatif dari bersatunya raja jejaring sosial tersebut. Seperti diketahui bersama bahwa sering terjadi penculikan atau penipuan dengan memanfaatkan Media Sosial tersebut. Bahkan, meningkatnya jumlah perselingkuhan dan perceraian sangat mungkin terjadi akibat penyalahgunaan Facebook / Whatsapp.

Tulisan ini tidak bermaksud mendiskriminasikan peran Media Sosial yang selama ini juga telah memberi manfaat yang besar dalam perkembangan dunia informasi dan komunikasi. Sekedar meminta perhatian serius dari para stakeholder agar membuat kebijakan yang intinya memantau dan mendampingi kinerja Media Sosial agar tidak out of the track. Sehingga tingkat kriminal dan pelanggaran sosial lainnya dapat diminimalisir di negeri ini.

Bagaimanapun juga canggihnya teknologi, perangkat keamanan negara harus mampu meng-counter-nya agar tidak menjadi bumerang bagi rakyat di kemudian hari. Pengawasan terhadap pelanggaran baik berupa penipuan dan peredaran pornografi harus lebih ditingkatkan seiring bergabung Facebook dan Whatsapp. Tujuannya agar generasi negeri ini tidak melulu dicekoki hal-hal negatif yang sudah sangat jelas sumbernya dari budaya barat.
Inilah Logo di Balik Misi WhatsApp
Pada akhirnya, apresiasi terhadap bergabungnya Facebook dan WhatsApp patut disampaikan namun peringatan juga harus disertakan. Jangan sampai generasi ini terbuai oleh hegemoni dunia maya lalu meninggalkan kewajibannya sebagai generasi penerus kepemimpinan umat. Kemajuan teknologi harus mendukung proses metamorfosis seseorang menjadi makhluk yang paripurna sebelum meneruskan kehidupan di akhirat kelak. Maka, tetaplah waspada akan gonjang-ganjing dunia fana ini agar kita tidak terperangkap dalam kesesatan berlabel kesenangan sesaat.