iqrozen.blogspot.com | Cara Berbagi Kasih Sayang yang Benar. Kasih sayang adalah sebuah keniscayaan yang mengiringi kehidupan umat manuisa di muka bumi ini. Sejarah penciptaan manusia dari awal hingga detik ini tidak dapat dipisahkan dari rasa kasih sayang. Adanya regenerasi kehidupan manusia dari zaman ke zaman juga merupakan bukti eksistensinya rasa saling menyayangi antara individu satu dengan lainnya. Lalu, mengapa masih banyak orang yang menderita jika di antara mereka telah saling berkasih sayang?
Fenomena kehidupan modern menunjukkan adanya erosi dalam saling berkasih sayang, sehingga norma-norma kehidupan yang hakiki sering terabaikan. Ambilah contoh maraknya peperangan atau agresi militer yang telah membinasakan dan menyengsarakan banyak orang termasuk bayi dan anak-anak yang tidak berdosa. Belum lagi kezaliman yang diperagakan para pemimpin sehingga mengakibatkan rakyatnya hidup menderita di bawah garis kemiskinan. Diperparah lagi dengan ulah generasi muda yang sebagian besar telah terjebak dalam mazhab hedonis, sehingga menjadikan kasih sayang sekedar dalih untuk mereguk kesenangan dan kenikmatan dunia semata.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tradisi saling berkasih sayang yang diperagakan setiap generasi manusia banyak yang hanya beraroma kesenangan dan kenikmatan dunia saja. Dengan kata lain, ada banyak orang yang mendefinisikan kasih sayang sebatas ungkapan rasa cinta pada lawan jenis walau itu hanya sesaat. Bahkan, sebagian besar mereka menjadikan sex sebagai klimaks dari drama percintaan dalam kehidupannya. Pertanyaannya, bolehkah disebut saling menyayangi jika apa yang mereka lakukan menimbulkan penderitan atau kehancuran bagi orang lain? Bukankah kasih sayang itu wujud dari kepedulian terhadap diri dan sekitarnya sehingga terjaganya kelestarian suatu populasi yang ideal?
Coba cermati pergaulan bebas yang semakin marak terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. Penyimpangan akan makna kasih sayang tampak kasat mata akibat ulah sex bebas pada saat datangnya momentum peringatan hari kasih sayang itu sendiri. Berita beredarnya coklat berhadiah kondom di sejumlah tempat perbelanjaan umum menjelang valentine’s day merupakan fakta yang tidak dapat ditutupi lagi. Sebagaimana penelusuran Radar Bogor yang menemukan penjualan coklat berhadiah kondom tidak hanya di apotek, tetapi juga di kios-kios kecil dan minimarket (JPNN, 14/2/2013). Bahkan, di Pontianak, Kalimantan Barat, penjualan kondom menjelang valentine’s day tahun lalu meningkat sampai 500 persen dari hari-hari biasanya (okezone, 13/2/2013).
Dari uraian tersebut, wajar apabila upaya penanggulangan HIV/AIDS di negeri ini sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, bahkan jumlah kasusnya meningkat. Mengutip data dari Kementerian Kesehatan yang mencatat pada semester pertama 2013 dari Januari hingga Juni terdapat 1.996 penderita yang baru terinfeksi HIV/AIDS pada kelompok usia 15-24 tahun. Jumlah tersebut sudah lebih dari separuh infeksi baru HIV/AIDS usia 15-24 tahun yang tercatat di meja Kemenkes pada 2012 yakni 3.661 kasus. Koordinator Pelaporan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Djadjat Sudrajat mengatakan jumlah tersebut hanya yang tercatat atau diketahui saja. Penderita yang tidak terdeteksi diperkirakan masih lebih banyak lagi (metrotvnews, 25/11/2013).
Fakta-fakta yang telah disebutkan di atas merupakan gambaran jika bentuk apresiasi rasa kasih sayang beberapa dekade belakangan ini, khususnya di Indonesia, semakin jauh meninggalkan kaidahnya (out of track). Selain tidak sesuai dengan norma-norma agama maupun budaya, perilaku saling berkasih sayang dengan atas dasar kesenangan dan kenikmatan sesaat tersebut, sangat tidak mencerminkan etika saling berkasih sayang sebagaimana tuntunan sebenarnya, sehingga sangat rentan menimbulkan konflik sosial berkepanjangan.
Dalam Islam, etika saling berkasih sayang telah menjadi bagian dari adab keseharian umat Muslim sebagai makhluk sosial. Sifat saling menyayangi adalah sifat yang terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karenanya Allah SWT akan memberikan pahala atas setiap kasih sayang yang diberikan oleh seorang Muslim kepada makhluk yang lain baik itu kepada kerabatnya maupun kepada yang bukan kerabatnya, bahkan kasih sayang yang diberikan oleh seseorang kepada binatang dan tumbuhan sekalipun.
Anjuran Saling Berkasih Sayang
Rasa kasih sayang seharusnya timbul kapan saja dan tanpa harus seremonial tertentu pada waktu tertentu saja. Kasih sayang merupakan wujud rasa persaudaraan yang mengikat hati antara setiap makhluk Allah. Hubungan persaudaraan tidak sebatas pada hubungan darah atau keturunan saja, tetapi lebih pada aqidah atau keyakinan sebagai sesama makhluk ciptaan Allah. Jika kesadaran ini yang melandasi etika saling berkasih sayang setiap orang di bumi Allah ini, niscaya tidak akan terdengar pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan perilaku kezaliman lainnya. Karena rasa kasih sayang yang ikhlas dan diaplikasikan sesuai kaidahnya akan memberikan energi positif bagi diri dan lingkungan sekitar.
Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah. Seorang dari sahabatnya bertanya, “Siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka.” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah suatu kaum yang saling saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita.” (HR. An-Nasai dan Ibnu Hibban).
Hadis ini secara jelas memberikan perintah untuk saling berkasih sayang antara sesama manusia tanpa embel-embel apapun. Karena balasan bagi mereka yang menumbuhkan akhlak saling berkasih sayang tidak sebatas kehidupan di dunia saja, tetapi hingga kelak di akhirat. Sangat lucu bila kemudian ada remaja atau mereka yang kasmaran mensyaratkan rasa cintanya dengan harus rela menjadi budak nafsunya. Mungkin kepuasaan mereka dapat rasakan saat itu, tetapi semua itu hanya bersifat sementara dan dampak negatifnya lebih besar.
Saling berkasih sayang harus diterapkan kepada siapapun dan di manapun ketika hidup berdampingan. Hal ini dikarenakan kebaikan seorang Muslim tidak semata-mata diukur dari ketaatannya dalam beribadah tetapi juga kepedulian dan saling rasa menyayangi dalam pergaulan sehari-hari. Rasulullah menyampaikan bahwa Allah menciptakan seratus rahmat. Dia menahan di sisi-Nya 99. Allah menurunkan ke dunia ini hanya satu rahmat saja. Dengan satu rahmat itulah makhluk saling berkasih sayang sampai-sampai induk binatang mengangkat kakinya karena takut terinjak anaknya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika seekor induk binatang saja memahami etika berkasih sayang, maka sepatutnya manusia lebih mampu untuk saling berbagi kasih sayang. Karena manusia tidak hanya dibekali naluri, tetapi juga akal pikiran dan perasaan yang tidak terdapat pada mahkluk Allah lainnya di muka bumi ini. Ironisnya, masih banyak orang tua yang membunuh anaknya, ayah memperkosa putrinya, ibu menjual bayinya dan demoralisasi lainnya sebagai bukti telah pudarnya etika saling berkasih sayang dalam diri kebanyakan umat saat ini. Fakta tersebut masih dalam lingkup keluarga, bagaimana dengan keadaan yang lebih luas lagi? Masih adakah kepedulian antara sesama jika mereka tidak saling mengenal?
Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat ke-9 yang artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”
Merujuk pada firman Allah tersebut, sebagai fikrah manusia jika melihat saudaranya membutuhkan maka itu lebih diutamakan meski dirinya dalam keterbatasan. Karena boleh jadi jika mereka yang membutuhkan tidak segera mendapatkan kasih sayang, mereka akan berpaling kepada kesesatan. Dan sebagai sesama Muslim harus saling menjaga satu dengan lainnya agar tidak tersesat kepada hal-hal yang bathil. Bagian penting lainnya dari etika saling berkasih sayang adalah menjaga amalan khasanah sebagai pengikat ukhuwah Islamiyah.
Fenomena kehidupan modern menunjukkan adanya erosi dalam saling berkasih sayang, sehingga norma-norma kehidupan yang hakiki sering terabaikan. Ambilah contoh maraknya peperangan atau agresi militer yang telah membinasakan dan menyengsarakan banyak orang termasuk bayi dan anak-anak yang tidak berdosa. Belum lagi kezaliman yang diperagakan para pemimpin sehingga mengakibatkan rakyatnya hidup menderita di bawah garis kemiskinan. Diperparah lagi dengan ulah generasi muda yang sebagian besar telah terjebak dalam mazhab hedonis, sehingga menjadikan kasih sayang sekedar dalih untuk mereguk kesenangan dan kenikmatan dunia semata.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tradisi saling berkasih sayang yang diperagakan setiap generasi manusia banyak yang hanya beraroma kesenangan dan kenikmatan dunia saja. Dengan kata lain, ada banyak orang yang mendefinisikan kasih sayang sebatas ungkapan rasa cinta pada lawan jenis walau itu hanya sesaat. Bahkan, sebagian besar mereka menjadikan sex sebagai klimaks dari drama percintaan dalam kehidupannya. Pertanyaannya, bolehkah disebut saling menyayangi jika apa yang mereka lakukan menimbulkan penderitan atau kehancuran bagi orang lain? Bukankah kasih sayang itu wujud dari kepedulian terhadap diri dan sekitarnya sehingga terjaganya kelestarian suatu populasi yang ideal?
Coba cermati pergaulan bebas yang semakin marak terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. Penyimpangan akan makna kasih sayang tampak kasat mata akibat ulah sex bebas pada saat datangnya momentum peringatan hari kasih sayang itu sendiri. Berita beredarnya coklat berhadiah kondom di sejumlah tempat perbelanjaan umum menjelang valentine’s day merupakan fakta yang tidak dapat ditutupi lagi. Sebagaimana penelusuran Radar Bogor yang menemukan penjualan coklat berhadiah kondom tidak hanya di apotek, tetapi juga di kios-kios kecil dan minimarket (JPNN, 14/2/2013). Bahkan, di Pontianak, Kalimantan Barat, penjualan kondom menjelang valentine’s day tahun lalu meningkat sampai 500 persen dari hari-hari biasanya (okezone, 13/2/2013).
Dari uraian tersebut, wajar apabila upaya penanggulangan HIV/AIDS di negeri ini sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, bahkan jumlah kasusnya meningkat. Mengutip data dari Kementerian Kesehatan yang mencatat pada semester pertama 2013 dari Januari hingga Juni terdapat 1.996 penderita yang baru terinfeksi HIV/AIDS pada kelompok usia 15-24 tahun. Jumlah tersebut sudah lebih dari separuh infeksi baru HIV/AIDS usia 15-24 tahun yang tercatat di meja Kemenkes pada 2012 yakni 3.661 kasus. Koordinator Pelaporan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Djadjat Sudrajat mengatakan jumlah tersebut hanya yang tercatat atau diketahui saja. Penderita yang tidak terdeteksi diperkirakan masih lebih banyak lagi (metrotvnews, 25/11/2013).
Fakta-fakta yang telah disebutkan di atas merupakan gambaran jika bentuk apresiasi rasa kasih sayang beberapa dekade belakangan ini, khususnya di Indonesia, semakin jauh meninggalkan kaidahnya (out of track). Selain tidak sesuai dengan norma-norma agama maupun budaya, perilaku saling berkasih sayang dengan atas dasar kesenangan dan kenikmatan sesaat tersebut, sangat tidak mencerminkan etika saling berkasih sayang sebagaimana tuntunan sebenarnya, sehingga sangat rentan menimbulkan konflik sosial berkepanjangan.
Dalam Islam, etika saling berkasih sayang telah menjadi bagian dari adab keseharian umat Muslim sebagai makhluk sosial. Sifat saling menyayangi adalah sifat yang terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karenanya Allah SWT akan memberikan pahala atas setiap kasih sayang yang diberikan oleh seorang Muslim kepada makhluk yang lain baik itu kepada kerabatnya maupun kepada yang bukan kerabatnya, bahkan kasih sayang yang diberikan oleh seseorang kepada binatang dan tumbuhan sekalipun.
Anjuran Saling Berkasih Sayang
Rasa kasih sayang seharusnya timbul kapan saja dan tanpa harus seremonial tertentu pada waktu tertentu saja. Kasih sayang merupakan wujud rasa persaudaraan yang mengikat hati antara setiap makhluk Allah. Hubungan persaudaraan tidak sebatas pada hubungan darah atau keturunan saja, tetapi lebih pada aqidah atau keyakinan sebagai sesama makhluk ciptaan Allah. Jika kesadaran ini yang melandasi etika saling berkasih sayang setiap orang di bumi Allah ini, niscaya tidak akan terdengar pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan perilaku kezaliman lainnya. Karena rasa kasih sayang yang ikhlas dan diaplikasikan sesuai kaidahnya akan memberikan energi positif bagi diri dan lingkungan sekitar.
Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah. Seorang dari sahabatnya bertanya, “Siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka.” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah suatu kaum yang saling saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita.” (HR. An-Nasai dan Ibnu Hibban).
Hadis ini secara jelas memberikan perintah untuk saling berkasih sayang antara sesama manusia tanpa embel-embel apapun. Karena balasan bagi mereka yang menumbuhkan akhlak saling berkasih sayang tidak sebatas kehidupan di dunia saja, tetapi hingga kelak di akhirat. Sangat lucu bila kemudian ada remaja atau mereka yang kasmaran mensyaratkan rasa cintanya dengan harus rela menjadi budak nafsunya. Mungkin kepuasaan mereka dapat rasakan saat itu, tetapi semua itu hanya bersifat sementara dan dampak negatifnya lebih besar.
Saling berkasih sayang harus diterapkan kepada siapapun dan di manapun ketika hidup berdampingan. Hal ini dikarenakan kebaikan seorang Muslim tidak semata-mata diukur dari ketaatannya dalam beribadah tetapi juga kepedulian dan saling rasa menyayangi dalam pergaulan sehari-hari. Rasulullah menyampaikan bahwa Allah menciptakan seratus rahmat. Dia menahan di sisi-Nya 99. Allah menurunkan ke dunia ini hanya satu rahmat saja. Dengan satu rahmat itulah makhluk saling berkasih sayang sampai-sampai induk binatang mengangkat kakinya karena takut terinjak anaknya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika seekor induk binatang saja memahami etika berkasih sayang, maka sepatutnya manusia lebih mampu untuk saling berbagi kasih sayang. Karena manusia tidak hanya dibekali naluri, tetapi juga akal pikiran dan perasaan yang tidak terdapat pada mahkluk Allah lainnya di muka bumi ini. Ironisnya, masih banyak orang tua yang membunuh anaknya, ayah memperkosa putrinya, ibu menjual bayinya dan demoralisasi lainnya sebagai bukti telah pudarnya etika saling berkasih sayang dalam diri kebanyakan umat saat ini. Fakta tersebut masih dalam lingkup keluarga, bagaimana dengan keadaan yang lebih luas lagi? Masih adakah kepedulian antara sesama jika mereka tidak saling mengenal?
Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat ke-9 yang artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.”
Merujuk pada firman Allah tersebut, sebagai fikrah manusia jika melihat saudaranya membutuhkan maka itu lebih diutamakan meski dirinya dalam keterbatasan. Karena boleh jadi jika mereka yang membutuhkan tidak segera mendapatkan kasih sayang, mereka akan berpaling kepada kesesatan. Dan sebagai sesama Muslim harus saling menjaga satu dengan lainnya agar tidak tersesat kepada hal-hal yang bathil. Bagian penting lainnya dari etika saling berkasih sayang adalah menjaga amalan khasanah sebagai pengikat ukhuwah Islamiyah.
Sebagai kesimpulan, sebuah pertanyaan yang harus dapat dijawab adalah bagaimana cara menumbuhkan sifat kasih sayang setiap saat? Salah satu cara sederhana sebagaimana yang dianjurkan Rasulullah untuk menghidupkan hati nurani agar senantiasa diliputi cahaya kasih sayang adalah dengan melakukan banyak silaturahmi kepada orang-orang yang dilanda kesulitan, mengunjungi dan membantu korban bencana, menengok dan mendoakan mereka yang sedang sakit, serta senantiasa mengingat umat Islam yang sedang saat mungkin sedang teraniaya.
Artikel ini juga dimuat koran harian Batam Pos edisi Jumat, 14-02-2014 dengan judul "Etika Berkasih Sayang" dan di posting oleh hidayatullah.com dengan judul "Tunjukkan Kasih Sayang dengan Cara yang Benar dan Diridhoi".