Indahnya Silaturahmi

IQROZEN | Indahnyanya Silaturahmi. Islam telah mengajarkan umatnya untuk bersilaturahmi kapan dan dimana saja tanpa menunggu momen tertentu. Hal ini bersinergi dengan hadis Rasulullah SAW yang artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir; hendaklah ia bersilaturrahim” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah). Baca juga artikel terkait sebelumnya tentang Hakikat Tradisi Halal-bihalal.

Hadis tersebut dengan jelas menyinggung keimanan kita terhadap hari akhir, sehingga sebelum hari akhir kehidupan kita di dunia ini datang, maka segeralah bersilaturahmi. Dengan kata lain, apabila kita yakin dengan adanya hari akhir (kematian), tentu kita tidak boleh menunda kesempatan untuk bersilaturahmi terhadap sesama, karena tiada siapapun di dunia ini yang mengetahui kapan datangnya hari akhir tersebut.

Sama halnya dengan meminta maaf, setiap kita tentu pernah melakukan kesalahan baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Maka hendaknya sebagai individu yang beriman untuk langsung meminta maaf. Permohonan maaf kepada Allah dapat dimanivestasikan dengan membaca istighfar dan penyesalan yang mendalam disertai komitmen untuk tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan (taubatan nashuha). Sedangkan kepada sesama manusia, harus diwujudkan dengan permohonan maaf dengan jalan bersilaturahmi dan meminta keikhlasan kepada orang yang bersangkutan, untuk memaafkan kesalahan kita.

Pentingnya merajut tali silaturahmi telah ditegaskan dalam al-Qur’an sebagaimana Allah SWT telah berfirman, “… Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36).

Dari uraian di atas, begitu jelas Allah menegaskan keutamaan bersilaturahmi yang lebih jauh dari sekedar saling bermaafan antara satu dengan lainnya. Silaturrahmi sebagai sebuah proses sosialisasi adanya kasih sayang yang menyertai penciptaan umat manusia. Selain itu, dengan budaya anjang sana – anjang sini sangat menjamin terjadinya ikatan ukhuwah dan terwujud rasa kepedulian. Bahkan, silaturahmi secara tidak langsung dapat mereduksi sikap egois yang terkadang dominan dalam diri anak manusia.

Dari struktur bahasanya saja, kata silaturahmi atau silaturahim telah memberi konotasi positif bagi siapapun yang mengindahkanya. Silaturahmi dalam KBBI bermakna mengikat atau menyambung tali / hubungan persahabatan atau persaudaraan. Tentu makna tersebut sangat relevan apabila kita terjemahkan dalam menyambung kasih sayang antara sesama manusia. Dan berkaitan dengan tradisi halal-bihalal yang terkesan sebatas ritual tahunan, mestinya digaris bawahi bahwa intinya adalah silaturahmi.

Sungguh celaka orang-orang yang memutus tali silaturahmi dengan berbagai alasannya. Bukan hanya di dunia, kerugian pun akan dirasakan hingga di akhirat bagi mereka yang memutus tali persaudaraan. Rasulullah bersabda, “Barang siapa menyambungmu (silaturrahmi) maka Aku akan bersambung dengannya, dan barang siapa memutusmu (silaturrahmi); maka Aku akan memutuskan (hubungan)Ku dengannya”. (HR. Bukhari).
Makna dan Hakikat Tradisi Silaturahmi
Demikian sekiranya pemahaman saya terkait indahnya silaturahmi demi menjaga kerukunan hidup berjamaah baik berskala lokal, nasional hingga internasional. Nilai-nilai silaturahmi yang dibangun, harus mampu mengokohkan sendi-sendi persatuan umat dan tidak boleh terhenti oleh konspirasi semata. Harapannya, dapat mengokohkan persatuan umat yang mendorong berdirinya peradaban Madani. Peradaban yang sebagaimana pernah dibangun oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Peradaban yang telah melepaskan kehidupan manusia dari masa kejahiliyahan, menuju kehidupan umat yang bermartabat mulia.

Artikel ini adalah sambungan dari postingan tentang Tradisi Halal Bihalal dan pernah terbit di Koran Harian Batam Pos Jumat 8 Agustus 2014, serta versi online di http://batampos.co.id/08-08-2014/halal-bihalal-dan-indahnya-silaturahmi/