Ringkasan Materi Buku Mendayung di Samudra Wahyu

IQROZEN | Alhamdulillah, kembali saya menyapa sobat blogger semua dengan artikel terbaru terkait Ringkasan Materi dari Buku Mendayung di Samudra Wahyu ini. Hal ini karena ada beberapa rekan yang penasaran ketika saya memposting berita kegiatan Bedah Buku tersebut akhir bulan lalu. Mereka bertanya bahkan ada yang request ingin mengetahui isi dari buku karya ust. Jamaluddin Nur, pendiri Ponpes Hidayatullah Batam. Selengkapnya lihat informasinya di SINI.

Sebagai Muslim, pantas membaca buku ini atau paling tidak menyimak artikel berikut karena di dalamnya terdapat muatan spirit ber-Islam dan semangat mengembangkan dakwah meski aral-rintangan selalu menghadang. Langsung saja pada pemaparan ringkas cara berdakwah ala Buku Mendayung di Samudra Wahyu. 
Sebelumnya baca juga Tuntunan Dakwah Islam Kontemporer
Sinopsis Buku Mendayung di Samudra Wahyu

1. Berangkat dari Allah
Ayat pertama dari surat al-‘Alaq sekaligus merupakan wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW dimulai dengan kata perintah bacalah dengan nama Tuhan. Dan tidak dapat dipungkiri lagi jika setiap manusia membutuhkan yang namanya Tuhan, sementara proses untuk menuju Tuhan harus dengan ber-iqra’, membaca dalam arti yang luas. Perintah membaca ayat-ayat yang tertulis maupun yang tercipta akan mengantarkan manusia untuk memiliki kesadaran bahwa apapun yang dilakukan seseorang senantiasa dalam pantauan Allah.

Iqra’ bismi Rabbika ladzi khalaq juga dapat diartikan sebagai pencerahan intelektual, tujuannya agar intelektualitas seseorang terutama aktivis dakwah tidak liar, semaunya sendiri. Sehingga ilmu yang disampaikan tidak menyimpang dari Islam, kemudian tidak lupa diri karena ilmu dan kemampuan yang telah dimilikinya. Mereka yang berangkat berdakwah karena dan untuk Allah, tidak akan mudah terpesona dan terlena oleh bujuk rayu apapun yang ingin menjual intelektualnya.  

2. Karakter Qurani
Rasulullah SAW dalam proses mengkader sahabat-sahabatnya menjadi manusia pilihan yang hebat tidak terlepas dari tuntunan al-Qur’an. Sebut saja Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Khadijah dan lainnya adalah pribadi-pribadi yang diproses oleh Rasulullah menjadi manusia-manusia unggul dengan metode Qurani. Dan sejarah telah mencatat bahwa para sahabat Nabi SAW mengalami lonjakan semangat dalam berbuat kebajikan setelah mereka menerima dan meyakini kebenaran al-Qur’an.

Asimilasi antara akhlak manusia dengan nilai-nilai al-Qur’an akan melahirkan manusia-manusia yang berkarakter mulia. Kita dapat membuktikannya dengan meneladani langsung bagaimana agungnya akhlak Rasulullah yang telah memperagakan bahkan menyatu dengan al-Qur’an al-Karim. Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah pun menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Alquran." (HR Muslim)

3. Kekuatan Spiritual
Mendakwahkan kebaikan harus dibarengi dengan kepribadian religius dalam menderivasikan nilai-nilai dakwah itu sendiri. Kekuatan spiritualitas tidak diragukan lagi dalam keajaibannya memberi ketenangan dan pencerahan hidup. Banyak ide atau gagasan spektakuler yang lahir dari orang-orang yang memiliki tingkat spiritual tinggi, karena kesucian hati dan pikirannya. Dari kesucian diri itulah timbul semangat dan keberanian sebelum dirinya terjun kegelanggang dakwah yang penuh tantangan.

Dan, tazkiyah seorang Muslim secara individual harus dibangun dari surat al-Muzammil, karena pribadi al-Muzammil menuntut seseorang kuat ibadahnya, suci aqidahnya, tinggi etos kerjanya dan agung cita-citanya. Al-Muzammil adalah solusi yang terbaik bagi siapa saja sebelum dirinya mengangkat beban tanggung jawab yang berat selama hidup di dunia ini. Artinya, dengan mengimplementasikan sholat malam, baca Qur’an, rajin berdzikir, sabar, bertawakal dan hijrah, hal tersebut dapat menjadi benteng pertahanan diri dari godaan dunia yang sering menyesatkan.

4. Menyapa dengan Cinta
Persoalan hidup yang mendera seseorang cukup banyak dan kompleks, hal ini akan memberi efek yang besar bagi konsistensi keimanan seseorang. Bagi mereka yang kuat imannya tentu akan senatiasa berupaya kembali ke jalan Allah, lalu bagaimana dengan orang-orang yang imannya sedang atau bahkan sering futur? Mereka inilah yang menjadi tanggung jawab aktivis dakwah untuk menyapa dengan penuh kasih sayang, agar mereka dapat kembali dan tetap berada di jalur yang benar.

Sah-sah saja kita memberi peringatan kepada siapa saja yang berbuat maksiat atau zalim, termasuk seorang pemimpin sekalipun. Namun metode yang digunakan haruslah tepat agar tidak menimbulkan permasalahan baru. Lihatlah banyak aksi demonstrasi yang berujung pada tindak kekerasan sehingga menimbulkan situasi yang meresahkan kehidupan masyarakat. Hal ini tentu akan berbeda apabila kita mampu melakukan dialog-dialog interaktif yang berkesinambungan untuk menyelesaikan suatu masalah atau kebijakan yang dianggap memberatkan rakyat.

Ayat kedua pada surat al-Muddatsir mengandung arti berilah peringatan, dan untuk menyampaikan peringatan harus dengan pola yang tepat. Kita harus mampu memberi peringatan yang muatannya tegas namun tidak menyinggung siapa pun, sehingga peringatan tersebut bernilai dakwah dan mengantarkan perbaikan. Bukan sebaliknya menimbulkan kekacauan dan perpecahan karena muatan politik atau kepentingan pribadi dan golongan semata.

Demikianlah setidaknya gerakan dakwah Islam dikemas dan terus disenandungkan dalam kehidupan baik dalam lingkup diri pribadi dan keluarga, golongan, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Sudah barang tentu masih banyak metode dakwah lainnya yang dapat diaplikasikan. Namun setidaknya, dengan berdakwah karena Allah, kemudian menghidupkan karakter Qurani dan memiliki kekuatan spiritual, serta dihiasi rasa kasih sayang, telah terbukti mengantarkan umat terdahulu menjadi hamba Allah yang bertaqwa.

Pada akhirnya, kombinasi antara kekuatan spiritual, intelektual dan akhlak sosial yang serasi dapat mendorong percepatan gerakan dakwah Islam dalam membentuk masyarakat madani. Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam menapaki kehidupan ini, sehingga berbagai rintangan dan persoalan hidup dapat menjadi amal sholeh kita dalam upaya mendekatkan diri kepada sang Pencipta jagat raya dan seisinya. Wallahu ‘alam bis showab…..