IQROZEN | Topik pemberhentian Kurikulum 2013 (K-13) oleh Menteri Pendidikan yang baru masih terlalu hangat dan terlalu dini untuk dilupakan. Berbagai macam persiapan menyambut dan mensosialisasikan K-13 telah mengorbankan banyak waktu, pikiran dan biaya. Selain itu, pelatihan-pelatihan yang serempak digelar hampir di seluruh Nusantara secara tidak langsung telah membangun optimisme peserta K-13 untuk mewujudkan pendidikan karakter.
Saya pribadi merasakan 2 kali mengikuti pelatihan dan sosialisasi perubahan kurikulum, yang tentunya meninggalkan banyak kenangan indah bersama rekan guru. Pada 2006, ketika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hadir menggantikan kurikulum sebelumnya, kita sebagai dewan pendidik diminta mengikuti pelatihan. Mau tidak mau kita mengikuti pelatihan dalam rangka sosialisasi yang memakan waktu hampir satu pekan itu.
Selanjutnya, pada 2014 dimana sedang boomingnya K-13 yang katanya didesain untuk melahirkan pendidikan berkarakter. Kami para guru kembali diminta untuk mengikuti training K-13 demi pemantapan sekaligus menjadi bagian dari perangkat pengajaran yang bisa dibilang masih semrawut. Kurang lebih satu minggu juga saya mengikuti Pelatihan Kurikulum 2013, hari-hari yang indah bersama rekan guru yang menjadi peserta meski tetap saja timbul pesimistis akan keberhasilan K-13.
Dan kini, semua itu tinggal kenangan saja, karena ganti pemimpin ganti pula sistem, ganti juga kebijakannya. Entah bagaimana sekarang perasaan teman-teman seangkatan yang bersama menimba ilmu terkait pendidikan karakter ala K-13, yang takdirnya kini harus dihentikan (Lihat : surat resmi Pemberhentian Kurikulum 2013) dan hanya dipakai oleh sekolah-sekolah tertentu saja sebagai percontohan. Sebagai pelipur kerinduan, saya hanya mendoakan kebaikan dan kemudahan buat seluruh insan pendidik untuk terus berjuang mencerdaskan anak bangsa meski benturan kebijakan begitu dahsyatnya.