Revitalisasi Kejujuran

IQROZEN } Kejujuran menjadi barang langka di era modern seperti saat ini termasuk di Indonesia, negeri yang dulunya masyhur dengan budi pekerti leluhurnya yang baik. Kejujuran kini bak barang komoditi yang dapat diperjual-belikan, akibatnya mereka yang hidup dalam keterbatasan semakin sulit menikmati ‘buah’ kejujuran itu. Karena beberapa fasilitas kehidupan yang mestinya gratis menjadi haknya, dieksploitasi oleh oknum pemuja ketidak-jujuran yang sekedar mengejar keuntungan sendiri.

Kasus korupsi yang masih saja booming dan menyeret beberapa nama pejabat penting negara ini merupakan dampak nyata dari hilangnya kejujuran. Amanah yang diembannya tidak dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran sehingga begitu mudah goyah ketika godaan dunia hadir di depan matanya. Wajar bila kemudian marak terjadi keributan hanya disebabkan perebutan kekuasaan dan harta, karena kejujuran telah tergadaikan oleh gemerlap dunia tersebut.
Anda juga dapat membaca Tutorial Kaya Berdasarkan Alquran dan Sunnah.
Berbeda halnya dengan orang-orang yang senantiasa mengedepankan kejujuran, meski aral rintangan mendera perlangkahan hidupnya, mereka tetap menjaga konsistensi dalam menjalankan amanah yang dipikulnya. Sudah barang tentu teror dan ancaman menjadi konsekuensi yang harus dihadapinya. Sayangnya, tipe manusia yang demikian teramat jarang ditemukan terlebih lagi di lingkup pejabat pemerintahan.

Fenomena yang terjadi dalam kehidupan dewasa ini cenderung membelenggu sikap jujur yang ada dalam diri seseorang bahkan sejak dirinya masih belia. Sebut saja dunia anak yang marak dicekoki dengan tayangan animasi dan sinetron kolosal, sehingga mereka terdorong berimejinasi melakukan seperti apa yang ditontonnya, bukan menjadi dirinya sendiri. Sementara mereka tidak sadar jika aksi super hero dalam tayangan film atau sinetron banyak rekayasa animasi semata.

Sebagai orang dewasa pun kita merasakan betapa sulitnya memunculkan budaya jujur, inilah sekiranya yang memotivasi adanya kantin kejujuran. Walau hasilnya masih jauh panggang dari api. Jangankan membeli, diberi gratis pun terkadang ada saja orang-orang yang mencuri untuk mendapat lebih dari jatah yang telah ditentukan.

Yang lebih parah lagi nilai kejujuran dalam perjalanan roda pemerintahan bangsa pada beberapa dekade belakangan ini, yang boleh dikatakan kini dalam kondisi akut stadium 4. Hal ini tercermin dari banyaknya hak-hak rakyat yang hilang karena manipulasi kebijakan hingga lahirnya perilaku korup. Kekayaan alam Indonesia yang mestinya mampu memakmurkan rakyatnya, hanya dikuasai oleh segelintir orang dan bahkan sebagian telah diobral ke pihak asing. Jika seluruh pemimpin dan jajarannya jujur sudah pasti tidak akan muncul konspirasi di saat proses mengambil dan menerbitkan setiap kebijakan publik.

Uraian tersebut hanyalah sekelumit bahan renungan untuk kita betapa sulitnya menemukan tradisi jujur dalam kehidupan ini. Andaikan ada, jumlahnya sangat terbatas dan mungkin terjadi di wilayah yang masih terisolir dari doktrin budaya kapitalis. Sedangkan rakyat Indonesia yang dominan beragama Islam, sepatutnya kembali mendalami akidah yang telah digariskan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Sifat jujur adalah salah satu pilar aqidah Islam, tidak hanya dalam hal berkata terus terang atau tidak bohong. Kejujuran sangat diperlukan dalam segala hal yang berkaitan dengan kehidupan baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun terhadap sang Pencipta. Karena muara dari kehidupan ini pasti hanya kembali kepada Allah SWT, zat yang Maha Mengetahui apa-apa yang telah dilakukan setiap makhluk-Nya.

Artikel ini juga dimuat di koran Harian Batam Pos edisi Jumat, 16 Januari 2015

Penulis Revitalisasi Kejujuran