Sejarah dan Keutamaan Berkurban

IQROZEN | Sejarah dan Keutamaan Ibadah Kurban. Semarak hari raya Idul Adha menjadi bukti betapa agungnya ibadah kurban, selain diiringi gema takbir di mana-mana, penyembelihan hewan kurban juga menjadi tarbiyah akan nilai-nilai sejarah umat terdahulu. Ada banyak sejarah besar yang menggambarkan betapa pentingnya berkurban. Wajar apabila kemudian umat Islam menjadikan hari raya kurban sebagai bagian penting dalam menghambakan dirinya kepada Allah SWT.

Sejarah kurban pertama dilakukan oleh dua anak nabi Adam as., yakni Qabil dan Habil. Mereka diperintahkan untuk berkurban harta yang disayanginya dari hasil usaha yang sedang ditekuninya. Qabil berprofesi sebagai petani maka ia diperintahkan mengorbankan hasil pertaniannya. Sementara Habil yang berprofesi sebagai gembala (peternak), dirinya diperintahkan untuk mengorbankan hewan ternaknya. Endingnya, kurban Habil yang diterima oleh Allah SWT (Selengkapnya lihat : QS. Al-Maidah: 27-30).

Kisah selanjutnya dan cukup populer hingga saat ini terjadi pada masa nabi Ibrahim as. Dimana, nabi Ibrahim dalam mimpinya mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putra kesayangannya, nabi Ismail as. Hebatnya, nabi Ismail langsung membenarkan perihal mimpi sang ayah dan siap untuk dikurbankan. Sejarah spektakuler ini pun diabadikan oleh Allah di dalam Alquran (Ash-Shaffat : 102).
Baca juga artikel tentang Ibadah Kurban Sebagai Uzwah Kepemimpinan Ummat.
Dua kisah singkat tersebut setidaknya dapat memberi penguatan iman terhadap seluruh umat Islam yang telah mampu menunaikan ibadah kurban untuk menyembelih hewan kurban. Sayangnya, perkembangan zaman yang demikian pesat telah banyak menggeser orientasi dalam melaksanakan ibadah kurban. Banyak di antara mereka yang berkurban teramat ‘pelit’ dalam memberikan hewan kurban padahal mereka memiliki kelapangan rezeki. Mereka berkurban dengan hitung-hitungan ekonomis, bahkan ada juga yang memberi hewan kurban dengan tuntutan dan mengharap imbal balik yang tidak sepatutnya.

Fenomena ini tentu berbanding terbalik dengan apa yang telah dilakukan Habil yang memilih ternak terbaiknya untuk menjadi kurbannya, tanpa mengharap apapun. Apalgi jika dibandingkan dengan nabi Ibrahim as. yang rela mengorbankan putra kesayangannya demi menunaikan perintah Allah untuk berkurban.

Memang tidak dapat dipungkiri jika ibadah kurban memerlukan pengorbanan besar dan kesabaran yang tinggi. Pengorbanan berkurban menuntut keikhlasan dan kerelaan untuk berbagi kekayaan dalam bentuk hewan kurban. Berkurban juga memberi konsekuensi yang harus dihadapi dengan sabar karena harta yang disayanginya berkurang untuk membeli hewan qurban. Namun bila ditelisik lebih jauh maka ibadah kurban sebenarnya mengantarkan seseorang mendekat kepada Allah, di samping memupuk kepedulian dirinya terhadap sesama.
Keutamaan Ibadah Kurban
Dan, teramat banyak keutamaan yang akan diperoleh oleh mereka yang mampu dan ikhlas menunaikan ibadah kurban. Keutamaan yang tidak hanya dirasakannya ketika hidup di dunia saja, tetapi juga akan dirasakan kelak ketika dirinya menjalani kehidupan abadi di akhirat. Inilah sekiranya pesona dari ritual simbolik tersebut yang dapat menjadi landasan kepada kita semua untuk berlomba-lomba menunaikan ibadah kurban. (Bersambung di SINI).