IQROZEN ~ Perayaan ibadah qurban bagi umat Muslim secara simbolik memang dilakukan hanya pada hari Nahr (10 Zulhijjah) dan hari-hari Tasyrik, 11, 12 dan 13 Zulhijjah. Namun nilai yang terkandung dari rangkaian prosesi penyembelihan hewan qurban, tidak terbatas oleh waktu dan membawa banyak kebaikan terutama bagi mereka yang berqurban. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya bahwa setiap helai rambut dan bulu hewan yang diqurbankan bernilai kebaikan (HR. Ahmad dan Ibn Majah).
Selain itu, Ibadah qurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah SWT. sebagaimana Rasulullah pernah bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).
Bahkan, Ibnu Taimiyyah ra. menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar bahwa; Allah SWT memerintahkan nabi Muhammad SAW untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung yaitu shalat dan menyembelih qurban untuk menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu, merasa butuh kepada Allah, khusnuzon, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah, janji, perintah, serta keutamaan-Nya. Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”
Lebih mendalam, ibadah qurban adalah bentuk kesyukuran yang harus dilakukan oleh siapa saja ketika dirinya telah mampu berqurban dan memiliki kelapangan rezeki. Inilah perintah Allah yang tertuang dalam Alquran surat Al-Kautsar, yang artinya: ”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni'mat karunia yang sangat banyak. Maka sholatlah karena tuhanmu dan berqurbanlah. Sungguh orang yang membencimu akan terputus (dari rahmat Allah SWT).”
Dan masih banyak fadhillah atau keutamaan dari ibadah qurban yang mestinya mendorong kita semua untuk menjadi hamba-hamba yang senantiasa bersyukur. Kita harus bersyukur atas nikmat dan karunia dalam kehidupan ini yang sungguh tidak ternilai jumlahnya. Niscaya Allah akan melipat-gandakan dan membalas segala kesyukuran kita dengan balasan yang lebih baik lagi.
Selain keutamaannya, ibadah qurban juga mengajarkan banyak hikmah kepada kita, bagaimana kehidupan orang-orang beriman terdahulu menghambakan dirinya kepada Allah. Harapannya, paling tidak kita dapat meneladani kesabaran nabi Ibrahim dan nabi Ismail yang membuahkan ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim bersabar untuk melawan kecintaannya terhadap anak kandungnya dan rela diqurbankan kepada Allah. Sedangkan nabi Ismail bersabar dalam ketaatannya kepada sang ayah dan kepada sang Pencipta.
Demikianlah sekiranya kehidupan kita, meski dalam berbagai tekanan budaya modernisasi, kita tetap mengedepankan sabar dan ikhlas untuk kepentingan umat. Dalam konteks kekinian, pengorbanan yang dapat diaplikasikan adalah rasa kepedulian terhadap sesama. Tidak sebaliknya berbuat zalim kepada orang lain yang mungkin sedang hidup dalam keterbatasan. Maka pembelajaran dari nabi Ibrahim yang mengutamakan cinta kepada Allah melebihi cintanya kepada anak kandungnya, menjadi tolak-ukur manusia dalam me-manage nafsu dan urusan hidupnya.
Apabila kondisi ini diterjemahkan dalam situasi zaman saat ini, tentu akan lahir pemimpin-pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi atau golongannya saja. Hal ini karena kecintaannya kepada Allah yang membimbing dirinya untuk mencintai sesama makhluk ciptaan Allah. Hasilnya, akan terbangun kesejahteraan dan kemakmuran bersama karena adanya simbiosis mutualisme yang ideal, yang dilandasi ketaatan kepada sang Pencipta.
Pada akhirnya, tujuan dari ritual penyembelihan hewan qurban tidak boleh terhenti pada sekedar memperingati hari raya Idul Adha. Ada muatan yang lebih penting dari sejarah yang telah dibangun sejak diturunkannya manusia di muka bumi ini. Pengorbanan yang besar mutlak diperlukan untuk mendekatkan diri kepada pemilik jagat raya ini. Sementara kesenjangan hidup antar manusia akan terminimalisir oleh tingginya rasa peduli dan saling berbagi antara individu satu dengan lainnya. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai golongan orang-orang yang pandai bersyukur dan bersabar. Wallahu ‘alam
(Artikel ini sambungan dari postingan sebelumnya tentang Sejarah dan keutamaan Berkurban dan telah dimuat koran Harian Batam Pos edisi Jumat, 3 Oktober 2014).