Inilah Langkah Bijak Menghadapi Musibah

IQROZEN | Berlalu sudah tahun 2014, rentetan peristiwa penting tercatat dalam album sejarah bangsa Indonesia. Salah satunya proses peralihan sistem pemerintahan dan kepemimpinan bangsa ini melalui pesta demokrasi bernama Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden. Dan masih banyak lagi peristiwa penting lainnya yang patut menjadi bahan evaluasi diri demi kesuksesan di masa depan. Lihat tren 2014 di SINI.

Hal paling mendasar yang patut menjadi renungan kita semua adalah rangkaian bencana dan musibah yang silih berganti menyambangi negeri ini. Mulai dari puting beliung, banjir, tanah longsor, kebakaran, gunung meletus dan musibah lainnya yang bukan disebabkan faktor alam. Ratusan bahkan mungkin ribuan jiwa menjadi korban dari berbagai musibah yang terjadi sepanjang tahun lalu.

Dipenghujung tahun 2014 saja, musibah banjir dan tanah longsor menjadi trending di beberapa media masa yang ada di Indonesia. Ditambah tragedi jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 dengan rute penerbangan Surabaya – Singapura, menjadi musibah penutup tahun yang memilukan yang tidak saja dirasakan keluarga korban, tetapi boleh disebut duka nasional.
Baca juga berita heboh Penyebab Jatuhnya Pesawat Air Asia 8501
Bencana atau musibah biasanya diasumsikan sebagai sesuatu yang mengerikan dan selalu menyisakan duka bagi mereka yang ditimpa kemalangan. Banyak orang yang kemudian berputus asa setelah dirinya ditimpa musibah, namun tidak jarang juga yang menjadikan musibah sebagai bahan instropeksi diri. Bahkan, mereka menghadapi musibah dengan keyakinan dan tekad yang kuat untuk merubah diri menjadi individu yang tegar dan kokoh.

Sebagai orang beriman, mestinya kita yakin dan percaya akan setiap kejadian mengandung hikmah yang berharga. Musibah yang terjadi di muka bumi ini boleh jadi merupakan azab Allah SWT terhadap hamba-hambaNya yang ingkar. Namun tidak menutup kemungkinan musibah tersebut adalah bagian dari kecintaan Allah yang ingin menguji manusia pilihan-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho terhadap ujian tersebut maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah terhadap ujian tersebut maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Hadis tersebut secara gamblang menyampaikan bahwa metode ujian yang diberikan Allah kepada semua manusia ciptaan-Nya adalah dengan musibah. Bagi mereka yang ikhlas dan bijak menghadapi musibah sudah barang tentu ridho Allah akan selalu menyertainya. Wajar jika ada yang menyebutkan bahwa manusia yang hebat tidak pernah lahir dari buaian kenikmatan, tetapi merupakan hasil tempaan dari beragam ujian dan cobaan.

Pastinya semua manusia yang hidup di dunia tidak akan luput dari berbagai macam ujian dan cobaan, baik berupa musibah maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan sejak awal hingga akhir zaman, dan terjadi pada mereka yang beriman maupun orang kafir. Allah SWT berfirman, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs al-Anbiyaa [21]: 35).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat tersebut yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.

Ayat tersebut juga telah menunjukkan jenis ujian Allah kepada setiap hamba-Nya, ada ujian kesenangan dan ada musibah. Ironisnya banyak manusia yang lupa diri dan meninggalkan Tuhannya ketika dirinya mendapat kesenangan dunia. Sementara ketika menghadapi musibah ia akan merengek-rengek meminta keadilan Tuhan. Dan banyak yang kemudian menyalahkan takdir ketika dirinya terjerumus dalam penderitaan karena musibah yang dialaminya.

Daftar Bencana Alam di Indonesia
Picture by Google
Permasalahannya, seberat apa musibah yang sedang dihadapinya? Sehingga dirinya menduakan Allah yang telah menjamin hidup dan matinya kelak. Coba simak kisah disembelihnya nabi Yahya bin Zakariya. Kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih. Kisah Imam Malik yang dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya. Kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup.

Sungguh mulia hidup orang-orang yang bersabar di jalan Allah meskipun musibah silih berganti menerpa kehidupannya. Orang yang beriman senantiasa menghadapi bencana dan musibah dunia fana ini tanpa mengeluh dan berputus asa. Keimanannya kepada Allah mengantarkan dirinya yakin bahwa apapun ketetapan-Nya ada kebaikan untuk kehidupannya di dunia dan kelak di akhirat.