iqrozen.blogspot.com | Dari judul tersebut trenyuh perasaan saya bila memikirkannya. Coba bayangkan jika hari itu secara seremonial diperingati dan diupacarakan, bisa jadi hanya setahun sekali kita memperhatikan anak yatim yang mana hal ini berbeda dengan tuntunan Rasulullah SAW yang sangat menekankan setiap Muslim untuk memelihara anak yatim. Nah agar jelas kenapa 10 Muharram disebut sebagai Hari Raya Anak Yatim, maka saya coba Googling kesana-kemari dan berikut hasilnya. Sebelumnya, baca juga postingan tentang Kisah Teladan Penuh Hikmah dari Rasulullah SAW.
Bermula pada 10 Muharram 61 H terjadi pertempuran akbar di Karbala (Iraq) antara pasukan Husain bin Ali melawan pasukan Ibnu Ziyad. Husain dan hampir seluruh pasukannya terbunuh, kecuali kaum wanita dan anak-anak. Dari sinilah sejarah diperingatinya hari Asyura yang jatuh pada 10 Muharram sebagai harinya anak yatim karena banyak anak menjadi yatim setelah ayahnya terbunuh saat perang Karbala.
Sebagai orang beriman, kita sangat dianjurkan untuk menyantuni dan mengasihi anak yatim dan piatu karena berkah Allah bersama mereka. Rasulullah SAW sendiri merupakan manusia yang dilahirkan dalam keadaan yatim, maka barang siapa yang manyayangi anak yatim sesungguhnya dia sedang mendekati kehidupan Rasulullah yang yatim kala itu. Permasalahannya, cukupkah kita memberi perhatian kepada anak yatim hanya pada 10 Muhaarram saja?
Demikianlah penjelasan singkat saya terkait Mengapa 10 Muharram Diperingati Sebagai Hari Anak Yatim. Tentu masih banyak penjelasan yang perlu disampaikan namun keterbatasan saya mengharap sobat dan saudara sekalian untuk berkenan menambahkannya. Semoga kita mampu menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki cinta dan kasih terhadap sesama terutama anak yatim, sehingga dapat meminimalisir jumlah anak terlantar di muka bumi ini hehe...