TEROR LEDAKAN TABUNG GAS

"Pemerintah terkesan "gagap" mengatasi peristiwa ledakan tabung gas yang marak terjadi di berbagai daerah di tanah air. Indikasinya dapat terlihat dari belum adanya investigasi serius dan menyeluruh untuk mengatasi hal itu".

iqrozen.blogspot.com | Densus 88 terbilang sukses dalam berburu teroris, applause dari negara-negara tetangga silih berganti diterima kedutaan RI di beberapa negara terkait sukses tersebut. Ironisnya, di Indonesia masih saja sering terjadi ledakan-ledakan yang tak kalah dasyatnya dengan bomb para teroris itu. Ledakan yang juga meluluh lantakan bangunan dan telah banyak merenggut korban, baik harta maupun nyawa. Maraknya ledakan tabung gas LPG (elpiji) yang belakangan ini mengguncang beberapa tempat di negeri ini, seakan-akan menjadi momok baru bagi masyarakat khususnya para ibu rumah tangga.

Kita tentu masih ingat kontroversi terkait program konversi minyak tanah ke gas LPG beberapa waktu lalu, pemerintah dengan mantab dan lantang menyatakan bahwa program konversi akan berlangsung dengan sukses. Program yang diharapkan dapat menghemat pengeluaran anggaran negara yang tersedot oleh minyak tanah sehingga anggaran tersebut bisa dialihkan ke program pemerintah lainnya. Meski demikian gamblangnya pemerintah menjelaskan maksud dan tujuan program tersebut, masyarakat ketika itu banyak yang tidak setuju, karena merasa ada konspirasi dari para pejabat negeri ini terkait program konversi tersebut.

Dan semuanya telah dijawab seiring berjalannya waktu, konspirasi itu semakin nyata setelah banyak kejadian ledakan tabung gas LPG yang dibagikan secara gratis oleh pemerintah. Dengan berjuta dalih, pemerintah senantiasa “menyalahkan” masyarakat (sebagai konsumen) pengguna gas LPG. Mulai dari tuduhan perangkat gas LPG yang bukan SNI, kecerobohan masyarakat saat menggunakan gas LPG, serta penggantian selang karet dengan selang air, sampai masalah penggantian regulator gas LPG dengan yang ada puterannya untuk kepraktisan. Semua itu banyak dilakukan masyarakat tanpa berkordinasi dengan pihak yang bersangkutan, yang dilegalisasi pemerintah. Anehnya, bukankah masyarakat menerima satu paket konversi berisi kompor, selang dan tabung elpiji 3 kg dari pemerintah?Lalu, mengapa masyarakat yang telah jadi korban justru kini disalahkan pula?


Inilah Dahsyatnya Akibat Ledakan Tabung Gas
Picture by google
Inilah aroma ”busuk” yang dapat kita rasakan bersama sebagai hasil akal-akalan pejabat pemerintah. Para pembuat kebijakan yang dengan perlahan namun pasti kian mencekik ruang kesejahteraan rakyat sipil. Adanya program konversi tersebut telah melambungkan harga minyak tanah yang telah langka, disaat masyarakat telah bergantung dan dipaksa memakai gas LPG, kini mereka dihadapkan dengan kualitas perangkat gas LPG yang memprihatinkan. Banyaknya aksesoris gas LPG yang palsu dan tidak layak pakai bisa jadi sebagai dampak ”budaya” suap dan korupsi pejabat negeri ini. Coba hitung berapa banyak telah ditemukannya lapak-lapak penjual tabung ilegal, hasil selundupan. Beredarnya aksesoris gas LPG yang tidak berstandar dikalangan masyarakat. Boleh sajakan bila disimpulkan hal ini dapat terjadi dan langgeng karena mendatangkan keuntungan bagi beberapa rekening pejabat pemerintah kita?

Renungkan firman Allah Swt di dalam Al Quran surat Faathir ayat 40 yang artinya: Katakanlah "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka".

Mestinya pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap peredaran dan kualitas dari paket gas LPG yang dibagikan gratis pada masyarakat terutama tabungnya. Pemerintah harus melakukan evaluasi ulang secara menyeluruh terkait program konversi yang telah merenggut banyak nyawa. Diantaranya proses pengadaan, penyaluran, pengisian dan kualitas tabung gas. Serta perlunya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait penggunaan perangkat gas LPG yang baik dan aman. Bukan malah menjadikan program ini sebagai lahan proyek korupsi baru demi gendutnya rekening pribadi.

Presiden harus bertanggung jawab
Kembali pada korban ledakan gas LPG, sudah seyogyanya mendapat perhatian ekstra dari pemerintah. Jika Presiden kita bisa berduka cita pada korban ledakan bomb para teroris meski mereka warga asing, sepantasnyalah Presiden juga prihatin dan mengambil tindakan cerdas untuk mengusut tragedi beruntun ledakan tabung gas LPG yang entah sampai kapan akan berakhir. Karena secara langsung program konversi tersebut menjadi tanggung jawab Presiden yang telah mengadakan program ini disaat masa pemerintahan kabinetnya. Itupun jika program konversi minyak tanah ke gas LPG ini, benar-benar tidak ada scheming dari suatu golongan/ pihak tertentu.

Bisa dibilang sekarang aparatur pemerintah masih angin-anginan dalam menanggulangi bertambahnya korban dari ledakan gas LPG. Sebagaimana pernyataan Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Farid Wajdi yang mengatakan bahwa pemerintah terkesan "gagap" mengatasi peristiwa ledakan tabung gas yang semakin marak terjadi di berbagai daerah di tanah air. Indikasinya dapat terlihat dari belum adanya investigasi serius dan menyeluruh untuk mengatasi hal itu, (ANTARA: Senin, 5 Juli 2010).

Tragedi ledakan tabung gas LPG merupakan musibah nasional karena telah terjadi hampir merata di setiap daerah. Namun mengapa sampai detik ini belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah terkait pihak yang bertanggung jawab, bukankah ini program unggulan pemerintah? Seharusnya ada dana santunan atau apapun bentuknya yang diterima keluarga korban sebagai kopensasi meski itu tidak sebanding dengan harga satu nyawa. Apa mungkin ini ulah teroris yang menggunakan jurus baru agar tidak terendus Densus 88? Dalang teroris yang mungkin sengaja diadakan sebagai pengalih wacana public demi pembentukan opini masyarakat akan keberadaan pahlawan kesiangan.

Sungguh melelahkan hati ketika kita terus mengikuti perkembangan problematika bangsa yang menggelinding bagai bola salju. Coba renungkan, mulai kasus beredarnya video mesum, kasus kekerasan pada pelajar, penculikan anak dibawah umur, kerusuhan antar kelompok, maraknya makelar kasus, gonjang-ganjing rekening gelap pejabat pemerintah, sengketa tanah, buruknya sarana-prasarana transportasi, terpuruknya prestasi negeri utamanya bidang olahraga, melambungnya harga barang-barang, serta masih banyak lagi skandal anak negeri yang begitu miris untuk dipikirkan. Pertanyaannya, semua itu terjadi karena SDM kita yang rendah atau rekayasa sekelompok orang untuk merusak tatanan norma kehidupan bangsa Indonesia?

Kompleksitas permasalahan nasional yang sangat membutuhkan mediasi dari kita semua, demi menjernihkan suasana negeri dan mengangkat kembali martabat bangsa yang telah terseok-seok dalam dekade belakangan ini. Tidak hanya Densus 88 yang bekerja memburu teroris, kita juga semestinya andil bagian dalam perburuan tersebut. Karena ternyata negeri kita telah disesaki tukang teror yang begitu beragam. Teroris yang tidak hanya pandai merakit bomb, tapi juga lihai menilap uang rakyat, pandai mengadu domba, mahir merekayasa perkara, serta senantiasa menebarkan racun dalam paradigma kaum intelektual kita agar tak ada lagi ideologi dalam dirinya, demi tujuan untuk menggadaikan negeri ini dengan kebudayaan liberal. Waspadalah!!!!!