BUKAN HANYA KASUS ‘PETERPORN’

iqrozen.blogspot.com | Moralitas negeri ini benar-benar terpuruk pada keadaan yang amat memprihatinkan. Skandal-skandal kehidupan yang dulunya begitu tabu di telinga kita, kini menjadi fenomena sehari-hari disekeliling kita, menjadi topik hangat yang begitu menarik dan marak dibahas di warung, di pangkalan ojek, di stasiun, di terminal, di kantor serta di tempat-tempat tongkrongan lainnya. Hal-hal yang semestinya tidak perlu terjadi, sekarang menjadi trend banyak orang dan bahkan merupakan santapan public baik kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Tidak heran jika negara kita terus dilanda bencana dan musibah yang tiada berkesudahan. Sebuah konsekuensi kehidupan di dunia ini yang berupa hukum alam dimana kita semua tidak akan dapat menghindarinya.

Heboh video porno akhir-akhir ini merupakan imbas dari peran media masa sebagai produk ilmu pengetahuan. Layanan jejaring sosial ataupun internet, semakin membantu video ‘kotor’ tersebut beredar pesat dikalangan masyarakat. Pemberitaan secara terus menerus perihal film haram tersebut pada media masa baik yang elektronik maupun cetak, menyebabkan tingginya rasa ingin tahu dalam diri tiap-tiap individu yang kemudian mendorong seseorang untuk mencari ataupun mengunduh video yang semestinya tidak layak untuk dipublikasikan itu. Ditambah regulasi pemerintah terkait pemanfaatan layanan ’dunia maya’ yang senantiasa berkembang pesat ini, belum mampu memberikan jaminan perlindungan dari agresi hal-hal negatif yang merupakan produk liberalisme untuk merusak generasi.

Membuka kasus peredaran narkoba yang telah menumpuk di brankas Bareskrim kepolisian negeri kita, sungguh mencengangkan karena sebagian besar barang haram itu merupakan produk dalam negeri. Seirama dengan gerakan ‘Cinta Produk Dalam Negeri’ yang dicanangkan pemerintah, para konsumer obat-obat terlarang tersebut kebanyakan masyarakat negeri ini sendiri, yang lebih miris lagi mereka dari kalangan remaja dan pemuda yang merupakan generasi harapan bangsa. Permasalahannya, negeri ini akan jadi apa bila tidak lagi memiliki generasi waras yang berpikiran cerdas dan bernaluri ketuhanan. Nampak jelas sebuah potret anak-anak bangsa dalam kubangan hedonisme yang semakin menentang dan menyalahi norma kehidupan manusia sesungguhnya.


Coba tengok perkembangan dunia pendidikan, dalam kehidupan para pelajar dan mahasiswa dewasa ini pun merefleksikan kehancuran generasi muda. Tindakan anarkhis yang dilakukan pelajar dalam mengapresiasikan idealisme mereka, mulai dari tawuran antar pelajar, demo yang berujung bentrok dengan aparat kepolisian, aksi-aksi membakar dan merusak fasilitas umum, serta kebrutalan-kebrutalan lain yang begitu nyata bertentangan dengan nilai-nilai kesantunan dari seseorang yang telah disebut insan berpendidikan. Selain itu, banyak Bapak Ibu guru sebagai tenaga pendidik juga ikut-ikutan sewot dengan melakukan perbuatan yang tidak sepatutnya. Diantaranya berbuat tidak senonoh, selingkuh, cabul, mbolosan (sering absen) bahkan penganiayaan terhadap anak didiknya yang dianggap membangkang. Inilah homework kita bersama yang begitu mendesak untuk segera diselesaikan, demi keselamatan regenerasi bangsa ini.

Sementara itu, para pejabat bangsa ini kian ruwet berurusan dengan kasus suap dan korupsi. Saling tuding membuat tiap-tiap perkara yang disidang tarik-ulur dalam proses hukumnya. Hal tersebut diperkuat lagi dengan banyaknya para hakim dan aparatur peradilan yang suka ’bermain mata’ sehingga nilai suatu kebenaran menjadi langka dan mahal bagi rakyat jelata. Dilain pihak, para makelar kasus yang bergentayangan ditubuh penegak keadilan negeri ini, semakin menjadikan setiap urusan pidana senantiasa bernilai rupiah dalam penyelesaiannya, dan terkadang hasilnya menyimpang dari dakwaan yang semestinya. Bahkan tak jarang skandal-skandal pidana tersebut lenyap tanpa kejelasan setelah para tersangkanya mampu membungkam aparat dengan kucuran dana yang tidak sedikit. Luar biasa bobroknya!!!

Dan kini, perkembangan teknologi yang teramat pesat belum mampu diimbangi dengan penanaman dan penguatan nilai-nilai moralitas dalam diri masyarakat negeri ini. Hasilnya: banyak remaja, pemuda, selebritis, bahkan pejabat negeri kita yang senantiasa berpikiran kotor. Baik pria maupun wanita, mereka tidak lagi malu pamer aurat di depan publik. Coba hitung, berapa banyak artis yang merupakan teladan kebanyakan remaja, berdandan seronok di depan layar, beradegan zina dalam aktingnya, dan berfoya-foya dalam pergaulannya. Tentu saja ini mudah diikuti generasi sekarang karena mereka adalah publik figur yang senantiasa manggung di depan media publikasi, dimana media tersebut merupakan sahabat dekat para generasi masa kini.

Kembali pada kasus peredaran ’video syur’ yang marak di kalangan pemuda. Video tersebut begitu mudah sampai ke pelosok-pelosok daerah karena akses teknologi yang kian canggih. Ditambah minimnya pengawasan terhadap pergaulan bebas oleh pemerintah maupun pihak-pihak yang terkait, sehingga proses pngunduhan pun aman dan lancar. Kita mungkin masih malu dengan ditemukannya pabrik-pabrik besar yang memproduksi narkoba dan sejenisnya, kita malu dengan rangking korupsi pejabat bangsa ini. Sekarang dipermalukan lagi dengan gelar penonton terbanyak tingkat dunia dari film-film ’Miyabi’ yang tergolong porno. Parahnya lagi, banyak film sejenisnya (3gp) yang berdurasi pendek dibuat oleh pasangan mesum dari bangsa ini. Negeri ini bukan sekedar keranjang sampah seperti yang disampaikan Taufiq Ismail (seorang sastrawan senior), tapi gudangnya virus yang siap ’menginfeksi’ generasi muda untuk menghancurkan dunia dengan kebobrokan mental, moral, dan joroknya pola berpikir mereka.

Terlepas dari asli atau tidaknya pelaku adegan ’syur’ yang telah banyak dikonsumsi publik melalui hp ataupun internet, adegan tersebut telah bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan sebagai makhluk berilmu dan beragama. Adegan yang semestinya dilakukan hanya oleh mereka yang telah sah berstatus suami istri, dan tidak layak bila dijadikan dokumentasi publik yang bisa diumbar ataupun diunduh siapa saja. Herannya, hampir setiap masyarakat kita gemar menontonnya dan ujung-ujungnya melakukan perbuatan nista yang dilarang agama. Kejadian kumpul kebo, selingkuh, pencabulan, pemerkosan dan masih banyak kriminalitas sebagai bukti perkembangan negera ini menuju zaman Jahiliyah. Apakah keadaan semacam ini dapat dibilang sebagai kemajuan bangsa? Na’udzubillahi mindzalik..

Sebuah fakta, razia yang dilakukan petugas kepolisian, pihak-pihak sekolah ataupun lembaga-lembaga yang masih peduli akan perbaikan generasi muda, membuktikan begitu parahnya sindrome terhadap pornoaksi/pornografi dalam diri generasi bangsa ini. Setiap pelajar atau mahasiswa yang ditanya terkait pernah atau belum melihat ’film syur’, selalu menjawab sudah pernah menontonnya meski tidak doyan untuk menyimpan filenya. Secara logika mereka telah menyimpan film-film jorok itu di dalam mind-set dengan otomatis selama mereka menonton film-film tersebut. Yang kemudian mendorong mereka berpacaran atau berzina sebagai bentuk follow-up atas apa yang ada dan tersimpan di dalam brains mereka. Lha kox bisa, katanya ndak suka nyimpen yang macam gituan.......

Logika terbalik, mungkin itulah sebutan yang pantas bagi generasi zaman sekarang ini. Hal-hal yang semestinya tidak dilakukan justru di pamer-pamerkan untuk berjamaah melakukannya. Sedangkan sesuatu yang harus dilaksanakan dan telah diperintahkan, tetapi dengan berjuta alasan untuk berupaya meninggalkannya. Masih ingatkah fatwa haram rokok? Bukan hanya organisasi tingkat Indonesia saja yang menghukuminya berbahaya, tetapi lembaga internasional sekelas Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memfonis rokok itu bahaya. Namun mengapa negeri kita masih terus memproduksinya besar-besaran dan konsumennya kian bertambah banyak di Indonesia, sampai-sampai merambah dunia balita. Lihat cara berbusana kaum wanita sekarang ini. Mereka tidak lagi berupaya menyembunyikan keindahan bentuk tubuhnya, justru memamerkannya dihadapan publik.

Dari uraian tersebut dapat kita renungkan dengan mendalam terkait moralitas generasi bangsa kita yang akan datang. Ini adalah tanggung jawab kita bersama demi membangun sebuah bangsa yang bermartabat. Bangsa yang berprestasi pada hal-hal positif untuk kita dan generasi berikutnya, bukan malah berprestasi pada skandal korupsi, kasus pornoaksi/pornografi, kasus narkoba, serta kasus-kasus lainnya. Bangsa dengan generasi-generasinya yang memiliki idealisme tinggi dalam menjaga karakter bangsa sehingga dihargai dan diakui kedaulatannya oleh negara lain. Berupaya sebisa mungkin untuk keluar dari hegemoni sekuler yang telah nyata dapat mengantarkan suatu kaum pada kehancuran. Sejarah telah membuktikan bila suatu kaum tidak lagi mempunyai rasa malu dan senantiasa mengumbar kemaksiatan, sudah barang tentu akan runtuh peradaban pada kaum tersebut.

Saatnya para pemegang kekuasaan mengeluarkan kebijakan publik yang bertujuan melindungi generasi negeri ini agar tidak terprovokasi untuk berpikiran kotor ataupun negatif. Program-program cerdas dalam membangun pola pikir masyarakat agar terbebas dari kebiasaan mengkonsumsi gaya-gaya liberal yang dibawa oleh perkembangan IPTEK seperti dewasa ini. Dan para praktisi pendidikan sudah saatnya mencuci otak dan meng-up-grade ulang keahliannya dalam mendidik anak bangsa dengan ilmu yang dapat mengantarkan peserta didik meraih pengetahuan yang bermanfaat bagi dunia dan seisinya demi kemuliaan hidup, dengan kata lain pendidikan adab sangat urgent sekarang ini demi mewujudkan dan menjaga karakter pendidikan yang sesungguhnya. Dan sebelumnya, sebagai guru harus juga memiliki nilai-nilai mulia kesusilaan yang dapat menjadi contoh dan ditransferkan saat proses pendidikan berlangsung.
Bagi Bapak/Ibu ataupun semua orang tua dari generasi negeri ini, waktunya sadar akan tanggung jawabnya terhadap masa depan anak-anaknya. Bukan sekedar sukses di dunia ini, namun mari antarkan mereka meraih sukses pada kehidupan abadi kelak yakni akhirat. Jangan tergiur dengan kehidupan selebritis yang serba mewah, yang telah mendorong banyak orang tua dalam mendoktrin anak-anaknya untuk menjadi generasi hedon sekelas selebritis. Bimbing terus putra-putri kita hingga mereka menemukan jati diri yang sesungguhnya. Dan bagi kaum selebritis, jangan mudah mengumbar hal-hal negatif di depan media masa. Anda diperhatikan berjuta remaja dan pemuda yang kelak akan meneruskan kelangsungan bangsa ini, yang tidak menutup kemungkinan akan meniru apa yang telah engkau pertontonkan. Marilah kita saling menjaga dan menyampaikan kebaikan.

Sedangkan bagi remaja dan pemuda baik yang pelajar, mahasiswa ataupun pengangguran. Bersama kita pagari diri kita dengan ilmu yang jelas dan berguna, kemudian mampu menyaring apapun yang kita terima dan mengolahnya menjadi suatu potensi yang dapat mengembangkan diri serta lingkungan sekitar menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu sesaat yang mungkin saja telah disusupi kepentingan golongan, tetapi dengan bijaksana kita apresiasikan une¬g-uneg dalam diri kita dengan gerakan yang santun, yang mencerminkan sebagai suatu tindakan ilmiah sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kelak. Sesaki ruang pikiran kita dengan ilmu pengetahuan agar ’virus-virus’ jorok tak lagi punya ruang berkembang dalam diri kita. Niscaya kehidupan bangsa ini kedepan akan lebih mulia dan bermartabat.