Beginilah Indahnya Ramadhan sebagai Bulan Melatih Kesabaran

IQROZEN | Ramadhan Bulan Kesabaran. Dalam Islam, ibadah puasa merupakan rangkaian aktivitas yang sangat istimewa dan melibatkan seluruh aspek dalam diri baik itu jasmani maupun rohani. Rangkaian aktivitas tersebut secara tidak langsung mengopname jiwa manusia yang banyak diantaranya sering terjangkiti virus duniawi. Alhasil, umat Islam yang berpuasa sesuai dengan syari’at-Nya akan terbebas dari belenggu kehidupan. Baca juga postingan sebelumnya tentang Pilar-Pilar Menyambut Ramadhan.

Pada saat berpuasa, umat Islam dituntut untuk menyantap menu istimewa yang sangat dibutuhkan jasmani dan rohani. Puasa menuntut hati dan pikiran untuk senantiasa dalam keadaan jernih. Puasa juga mewajibkan mereka yang berpuasa untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkannya. Dan melalui puasa, perilaku hidup manusia diubah dari kecerobahn menjadi kehati-hatian. Semua hal tersebut akan bermuara pada kepribadian manusia yang mulia, yang mampu mengendalikan diri dan mengembalikan jati dirinya sebagai hamba Allah SWT yang bertaqwa.

Selain itu, ibadah puasa merupakan salah satu wahana pendidikan dan pelatihan untuk menjadi insan yang tahan terhadap segala jenis godaan. Hal ini dikarenakan kewajiban dan rukun puasa yang sudah jelas, begitu juga syarat dan ketentuannya yang tidak mengenal tawar-menawar, serta cakupannya yang telah dipaparkan dengan gamblang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Singkatnya, puasa adalah ibadah yang paling berpengaruh dalam membersihkan jiwa dan mengukir akhlak manusia.

Puasa juga mendorong seseorang untuk hidup sehat dan hemat, dengan cara menahan diri untuk tidak makan dan jajan berlebihan. Karena filosofi yang terbangun dari tradisi puasa adalah hidup bukan untuk selalu makan, tetapi makan untuk hidup. Artinya, manusia perlu makan hanya disaat dirinya lapar dan memerlukan energi bagi tubuhnya. Perlu diketahui, jika kebiasaan hidup kekenyangan merupakan penyebab seseorang mengalami dyspepsia (gangguan pencernaan).


Ramadhan Bulan Kesabaran

Inilah sekiranya yang menjadi perhatian khusus bagi umat Islam yang sedang menunaikan ibadah puasa. Begitu banyak uraian yang telah menggambarkan betapa bermanfaatnya perintah puasa baik bagi perkembangan tubuh maupun bagi kecerdasan jiwa. Tentu puasa yang dimaksud bukan puasa sekedarnya saja, puasa yang menjadi tradisi orang awam semata. Namun, puasa yang dimaksud tersebut adalah puasanya umat Muslim yang senantiasa sabar menjaga keimanannya.

Korelasi Puasa dengan Sabar

Hubungan erat antara puasa dan sabar tidak dapat diganggu-gugat, karena perintah puasa sejatinya membina karakter sabar dalam diri umat Islam. Puasa hanya diperintahkan bagi orang-orang yang beriman, demikian halnya sabar yang merupakan cabang kelima belas dari iman. Dengan kata lain, puasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akhlak Muslim yang menjunjung nilai-nilai kesabaran. Sebagaimana ditegaskan Rasulullah dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Puasa itu setengah dari sabar.” (Riwayat Tirmidzi).

Selanjutnya, ditinjau dari segi etimologis, puasa berarti menahan diri yang sangat erat hubungannya dengan hakikat sabar. Dikatakan demikian karena puasa atau menahan diri itu merupakan latihan untuk menjadi manusia-manusia yang sabar. Menahan lapar adalah latihan sabar. Menahan dahaga adalah latihan sabar. Menahan agar tidak marah adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak mengumpat adalah latihan sabar. Maka, momentum Ramadhan sering juga disebut bulan kesabaran, wadah untuk melatih dan mengasah tingkat kesabaran umat Islam.

Lebih detail makna puasa sebagaimana yang dijelaskan oleh M. Quraish Shihab bahwa puasa di dalam al-Qur’an disebut dalam dua bahasa: shaum dan shiyam yang bermakna sama yakni “menahan diri”. Salah satunya, ketika Maryam melahirkan Isa tanpa kehadiran ayah, orang-orang disekitarnya selalu menggunjingnya. Bahkan banyak yang menuduh Maryam telah melakukan perbuatan zina. Maryam pun berkata, "... sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini (QS Maryam [19]: 26).

 Shaum pada ayat tersebut diartikan sebagai puasa dalam konteks menahan diri dari berbicara dengan orang lain. Sama halnya dengan ungkapan shiyam pada surat al-Baqarah ayat 183 yang diartikan berpuasa dalam konteks menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri (di siang hari bulan Ramadhan), dan segala yang membatalkannya dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Sama halnya sabar, secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang artinya menahan diri atau bertahan. Ungkapan Arab “qutila shabran” berarti ia terbunuh dalam keadaan ditahan atau ditawan. Adapun sabar dalam firman Allah SWT di dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 28, yang artinya; “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya...” Sabar di sini memiliki makna “bertahanlah” dirimu bersama-sama dengan orang-orang yang bertaqwa.

Dari sisi pahala, puasa dan sabar mendapatkan perhatian khusus dari Allah SWT. Pahala puasa itu tidak terhingga, terserah kepada Allah yang akan membalasnya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipat-gandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah berfirman (yang artinya), ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.’” (Riwayat Muslim).

Dari penjelasan hadits tersebut, dapat dipahami bahwa pahala puasa merupakan hak prerogatif Allah. Pahala puasa bagi siapa saja yang menuanikan ibadah puasa, tidak seorang pun dapat mengukurnya karena tak terbatas. Ini artinya sama dengan pahala sabar yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya tanpa batas. Allah berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10).

Dari sisi terampuninya dosa, puasa dan sabar seiring dan seirama menghapus dosa-dosa yang pernah dilakukan umat manusia. “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena iman dan mengharap ridha Allah SWT (ihtisaban), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alaih).

Bahkan, terkait urusan sabar, Rasulullah telah memberi perhatian khusus  terutama ketika umat Islam sedang tertimpa musibah. Beliau bersabda, “Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Indahnya Sabar dalam Puasa

Perintah puasa pada ujungnya adalah mencetak umat Muslim yang bertaqwa, sudah barang tentu Muslim yang bertaqwa senantiasa taat kepada Allah. Hal ini bersinergi dengan ajaran Islam yang menyeru umatnya untuk sabar dalam ketaatan. Artinya, seorang Mukmin harus sabar menjalankan perintah Allah meskipun perintah itu berat dan dibenci oleh nafsunya, yang salah satunya perintah puasa. Seorang Mukmin harus tetap taat pada hal-hal yang telah diwajibkan baginya meskipun banyak hal yang merintanginya. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 153).

Seperti halnya puasa, kesabaran juga harus diimplementasikan dalam meninggalkan kemaksiatan dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT. Orang yang puasa harus sabar dalam menghadapi godaan setan yang selalu mendorong manusia untuk berbuat kemaksiatan. Setan dan sekutunya tanpa bosan akan senantiasa membujuk rayu manusia untuk melakukan perbuatan dosa, maka orang yang berpuasa mestinya sabar dalam meninggalkan perbuatan dosa tersebut demi kualitas ibadah puasanya. “Orang yang kuat bukanlah orang yang bisa mengalahkan lawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya... ” (Muttafaq 'alaih).

Menyongsong Ramadhan
By Google
Demikian sekiranya beberapa khasanah yang mungkin dapat memberi motivasi kepada kita umat Islam yang sedang menunaikan ibadah puasa saat ini. Harapannya, ibadah puasa sebulan penuh ini dapat meninggalkan jejak dalam diri kita agar menjadi Muslim yang sabar. Sabar dalam beribadah, sabar untuk senatiasa meninggalkan maksiat dan selalu sabar ketika cobaan menimpa. “Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]: 96)