iqrozen.blogspot.com | Paceklik Prestasi Timnas Garuda Indonesia Buah dari Egoisme. Gelaran
Piala Sultan Hassanal Bolkiah baru saja usai semalam, hasil mengenaskan
untuk Punggawa Timnas Garuda kita karena lagi-lagi pulang tanpa gelar
juara. Mendung kelam masih menyelimuti prestasi Indonesia
di kancah sepakbola. Setelah di gebuk Bahrain 10 gol tanpa balas,
semalam timnas Garuda muda yang di latih Widodo Cahyono Putro kalah 2
gol tanpa balas dari Timnas Brunei Darussalam. Hasil tersebut sekaligus
memupuskan gelar juara untuk Sepakbola Indonesia dan mengukuhkan sejarah
kelam prestasi Timnas Garuda Indonesia di era reformasi.
Kegagalan-kegagalan yang menyakitkan karena lagi-lagi generasi negeri kita dipecundangi oleh generasi dari negara yang dulunya merupakan murid nenek moyang kita. Lepasnya trophy kejuaraan AFF dan medali emas SEA GAMES 2011 ke tangan Timnas Sepakbola Malaysia, hilangnya peluang maju ke babak selanjutnya di ajang Pra-Kualifikasi Piala dunia 2014, dan takluknya Timnas U-21 Indonesia di tangan Timnas Brunei merupakan rentetan sejarah kelabu dunia persepakboalaan Indonesia.
Berbicara
tentang sejarah persepakbolaan Indonesia, tercatat di ajang Piala Dunia
Sepakbola bahwa Indonesia pernah hadir di putaran final Piala Dunia,
namun itu atas nama Dutsch East Indies (Hindia Belanda) pada tahun 1938.
Dan di Pra Piala Dunia 1958 Indonesia berhasil lolos dari ronde 1
kualifikasi. Kemudian di Pra Piala Dunia 1986 saat timnas Indonesia
bermain hingga ronde 2 kualifikasi.
Kala itu Indonesia benar-benar menjadi kiblat sepakbola Asia dengan sederet prestasi. Berikut data yang di publikasikan www.infodejava.com terkait prestasi yang pernah diukir timnas Indonesia di Bidang Sepakbola :
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1960: Indonesia juara 3.
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1961: Indonesia juara 1.
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1962: Indonesia juara 1
(Tahun 1963-1966: Indonesia tak ikut kejuaraan karena situasi Tanah Air ada perjuangan Trikora untuk pembebasan Irian Jaya dan Dwikora konfrontasi dengan Malaysia).
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1967: Indonesia juara 2
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1970: Indonesia juara 2
Kejuaraan Pelajar Asia 1984: Indonesia juara 1
Kejuaraan Pelajar Asia 1985: Indonesia juara 1
Kejuaraan Pelajar Asia 1986: Indonesia juara 1
Coca Cola Cup Group VII Zone Asia 1986: Indonesia juara 1
Turnamen Merdeka Games 1960: Indonesia Juara 1
Turnamen Merdeka Games 1961: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1961: Indonesia Juara 1
Sepakbola Asian Games IV 1962: Indonesia Juara 2
Turnamen Merdeka Games 1962: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1966: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1967: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen King’s Cup, Bangkok 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen Merdeka Games 1969: Indonesia Juara 1
Turnamen King’s Cup 1969: Indonesia Juara 2
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1970: Indonesia Juara 2
Turnamen Jakarta Anniversary Cup I 1970: Indonesia Juara 3
Turnamen Queen’s Cup, Bangkok 1971: Indonesia Juara 1
Turnamen President’s Cup, Seoul 1971: Indonesia Juara 2
Turnamen Merdeka Games 1971: Indonesia Juara 2
Turnamen Jakarta Anniversary Cup II 1972: Indonesia Juara 1
Turnamen President’s Cup, Seoul 1972: Indonesia Juara 2
Pesta Sukan Singapura 1972: All Indonesian Final (A&B)
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1960: Indonesia juara 3.
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1961: Indonesia juara 1.
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1962: Indonesia juara 1
(Tahun 1963-1966: Indonesia tak ikut kejuaraan karena situasi Tanah Air ada perjuangan Trikora untuk pembebasan Irian Jaya dan Dwikora konfrontasi dengan Malaysia).
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1967: Indonesia juara 2
Kejuaraan Piala Asia Yunior 1970: Indonesia juara 2
Kejuaraan Pelajar Asia 1984: Indonesia juara 1
Kejuaraan Pelajar Asia 1985: Indonesia juara 1
Kejuaraan Pelajar Asia 1986: Indonesia juara 1
Coca Cola Cup Group VII Zone Asia 1986: Indonesia juara 1
Turnamen Merdeka Games 1960: Indonesia Juara 1
Turnamen Merdeka Games 1961: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1961: Indonesia Juara 1
Sepakbola Asian Games IV 1962: Indonesia Juara 2
Turnamen Merdeka Games 1962: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1966: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1967: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen King’s Cup, Bangkok 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1968: Indonesia Juara 1
Turnamen Merdeka Games 1969: Indonesia Juara 1
Turnamen King’s Cup 1969: Indonesia Juara 2
Turnamen Agha Khan Gold Cup 1970: Indonesia Juara 2
Turnamen Jakarta Anniversary Cup I 1970: Indonesia Juara 3
Turnamen Queen’s Cup, Bangkok 1971: Indonesia Juara 1
Turnamen President’s Cup, Seoul 1971: Indonesia Juara 2
Turnamen Merdeka Games 1971: Indonesia Juara 2
Turnamen Jakarta Anniversary Cup II 1972: Indonesia Juara 1
Turnamen President’s Cup, Seoul 1972: Indonesia Juara 2
Pesta Sukan Singapura 1972: All Indonesian Final (A&B)
Kembali
pada perkembangan sepakbola Indonesia di era reformasi yang kini bisa
dibilang stagnasi. Buktinya menghadapi Timna sepakbola Brunei yang
tergolong prematur, Timnas kita tidak bisa mencetak satu biji gol pun.
Kenyataan buram lainnya yang masih hangat adalah ketika Timnas Garuda
Indonesia U-23 gagal meraih medali emas setelah takluk oleh Timnas U-23
Malaysia di rumah sendiri. Belum lagi kekalahan menyakitkan saat
dibantai Bahrain dengan skor telak 10 gol tanpa balas. Lalu, ada apa
sebenarnya?
Hal
dasar yang perlu di kroscek adalah egoisme dari semua pihak yang
terkait dalam lembaga PSSI. Tingkat egois yang tinggi tidak akan
menghasilkan prestasi gemilang, karena tidak akan terbentuk teamwork
dalam satu pemahaman untuk meraih tujuan bersama. Katakanlah saat
bermain di lapangan, jika setiap pemain mendahulukan egonya untuk
memainkan bola sekehandak hatinya, tanpa dibalut kerjasama tim yang
terorganisir, sudah pasti tidak akan mampu mencetak gol ke gawang lawan.
Lebih
serius lagi jika harus mengevaluasi jajaran pengurus PSSI yang terpecah
belah demi egoisme golongannya, maka amat mustahil dapat menyusun
program kompetisi yang berkualitas, apalagi menghasilkan pemain-pemain
sepakbola professional yang unggul dan kooperatif, jika penguasa
sepakbola tanah air kita saling berebut kekuasaan. Inilah yang harus
segera disikapi pengurus teras PSSI dan pemerintah untuk sudi duduk
bareng tanpa “busana” egoisme dalam membicarakan masa depan sepakbola
nasional kita.
Sungguh
tidak mudah dan memerlukan waktu yang lama dalam menyusun kerangka
Timnas Garuda Indonesia yang unggul, demi mencapai apa yang
dicita-citakan masyarakat pecinta sepak bola Indonesia, dalam upaya
merebut gelar juara baik itu untuk tingkat ASEAN, Asia bahkan dunia.
Kompetisi
yang baik tentu akan menghasilkan persaingan yang baik pula, sehingga
pengembangan bakat kemampuan pemain dapat tersalurkan sesuai porsinya.
Hal ini dengan sendirinya akan memicu munculnya pemain-pemain bola
nasional yang handal, yang mengisi komposisi Timnas Garuda Indonesia.
Sehingga paceklik prestasi sebagai juara dapat segera teratasi, paling
tidak di kawasan Asia Tenggara, terlebih-lebih di level Piala Dunia
lagi.
Faktanya,
setelah adanya pergantian kepengurusan PSSI yang kini di nakhodai
Djohar Arifin, kompetisi sepakbola Indonesia masih saja terpecah menjadi
dua kelompok yakni Indonesia Super League (ISL) yang ditangani PT Liga
Indonesia dan Indonesia Primier League (IPL) yang dikelola PT LPIS.
Alhasil, ketimpangan Timnas Garuda Indonesia kian meradang akibat tidak
meratanya kualitas pemain yang masuk skuad Timnas kita, kalah dan kalah
lagi menjadi konsekwensinya.
Tidakkah
kita malu kepada Timnas sepakbola Jepang yang akhir tahun 2011 ini
menduduki posisi teratas di belantika sepakbola Asia. Negara yang pernah
luluh-lantak akibat bom atom Amerika, negara yang dulunya belajar
sepakbola kepada Timnas kita.
Konflik
pengurus PSSI telah memperpanjang dahaga prestasi sepakbola Indonesia.
Konspirasi politik yang semestinya tidak ada di dunia olahraga semakin
menenggelamkan kejayaan Timnas Garuda Indonesia di bidang sepakbola.
Egois dan individualis menjadi pintu gerbang masuknya
kepentingan-kepentingan terselubung demi meraup keuntungan pribadi atau
golongan. Lengkaplah sudah problematika negeri yang tercinta ini. Entah
sampai kapan?
Logikanya,
barangsiapa yang menanam sudah barang tentu akan memanen buahnya.
Sebagaimana mereka yang menanam egoisme maka kehampaan yang kelak
dipanennya. Sebaliknya yang menanam kebersamaan akan merengkuh kemulian
bersama sebagai kaum yang bermartabat.
Wahai
pejabat-pejabat yang menaungi kursi-kursi pemerintahan di Indonesia,
hidupkan hati nuranimu agar dapat mendengar jeritan ketertindasan kami
sebagai rakyat kecil. Lepaskan label egoismu dalam menentukan kebijakan
agar rakyat benar-benar merasakan keadilan berkarya terutama
saudara-saudara yang berprofesi di dunia persepakbolaan. Dan kerinduan
masyarakat Indonesia akan prestasi sudah saatnya terobati oleh
aturan-aturan bijakmu.