Power of Ramadhan, The Short Story of Indonesian Super Hero

IQROZEN | Hikmah Ramadhan "The Power of Ramadhan". Inilah sebuah kisah nyata yang pernah saya liput ketika masih tinggal di desa nan jauh di pelosok Jawa. Cerita perjuangan seorang yang tuna netra namun dapat menunaikan ibadah dengan maksimal di bulan Ramadhan. Semoga dapat memberi motivasi kepada generasi selanjutnya terutama yang tercipta lebih sempurna dari padanya. Baca juga segalanya Tentang Shalat Tarawih.

Ya Ramadhan 1430 ini adalah Ramadhan pertama yang butuh perjuangan lebih dan berbeda dengan Ramadhan pada tahun – tahun sebelumnya yang harus dijalani oleh mbah Suyadi kakek kelahiran 1927 di Trenggalek ini. Dimana beliau melaksanakan ibadah Ramadhan ini tidak lagi dengan alat indera yang sempurna, beliau harus diarahkan pada kiblat jika ingin shalat, harus dilayani bila ingin makan, dan dituntun bila ingin ke manapun beliau pergi.

Hal ini disebabkan indera penglihatan beliau yang tidak lagi normal seperti hari – hari sebelumnya. “ Tidak jelas bagaimana awalnya, tiba – tiba pandangan saya menjadi kabur dan selanjutnya gelap ketika itu sekitar bulan Januari, mungkin setelah hari raya Haji. Lawong Qurban ( ketika pemotongan hewan qurban ) saya masih menyaksikan di depan pesantren” Jelas kakek yang mempunyai 8 saudara kandung ini.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan putranya, “Baru saja kok mas mbah tidak dapat melihat (buta.red), sekitar awal tahun 2009. Namun mbah tetap bisa menjalankan ibadah Ramadhan dengan khusu’. Puasa mbah belum bolong, sholat tarawih juga seperti yang mas lihat setiap hari ke masjid bahkan mbah masih nambah sholat tahajud di rumah” ujar Pak Khoiri putra semata wayang mbah Suyadi (83), kakek yang rajin ke Masjid Aqso Madinah pesantren Hidayatullah Trenggalek.

Mbah SuyadiDimata keluarga, mbah Suyadi sangat religius. “Mbah itu aktif sekali jika ada kegiatan keagamaan sejak dulu”. ujar pak khoiri lagi. Kakek yang pernah menikah 2 kali ini juga pernah mengalami masa sulit ketika masih muda. “Dulu saya pernah berobat ke pendeta, jika tidak salah ingat namanya pendeta Karno. Saya disuruh mengubah keyakinan saya terhadap Islam agar saya bisa sembuh. Tapi saya tidak mau, dan saya tetap pada ajaran Islam sampai kapanpun”. Kenang mbah Suyadi. “Saya tidak ingin Islam di negeri ini tergusur oleh paham lain yang setiap zaman berubah dan terus merongrong kejayaan Islam” imbuh kakek dari Ari dan Erik ini.

Hikmah The Power of Ramadhan

Usia yang udzur, kemampuan yang terbatas dan penglihatan tertutup tidak membuat mbah Suyadi patah semangat dalam menjalankan ibadah. Terlebih dibulan Ramadhan ini yang telah ALLAH janjikan begitu banyak kebesaran-Nya. Bagaimana tidak? Mbah Suyadi selalu hadir dimasjid jika adzan isya telah dikumandangkan. Dengan bantuan sebuah tongkat kayu, beliau meraba jalan menuju masjid Al Aqso Madina milik pesantren Hidayatullah Trenggalek. Dan bila sedang beruntung beliau akan dituntun para tetangga yang kebetulan datang bersamaan dan searah dengan beliau. Ketika shalat beliaupun tampak khusu’ dan aktif mengikuti isyarat yang disampaikan imam, tak sedikitpun raut wajah kesulitan yang beliau tunjukkan meski bagi kita mungkin ini teramat berat untuk dijalaninya.(IqroZn)